Trump Lolos, Belum Pernah Ada Satupun Presiden AS yang Dimakzulkan Senat

Trump Lolos, Belum Pernah Ada Satupun Presiden AS yang Dimakzulkan Senat

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 06 Feb 2020 11:00 WIB
President Donald Trump speaks to the members of the media before leaving the White House, Monday, Jan. 13, 2020, in Washington, for a trip to watch the College Football Playoff national championship game in New Orleans. (AP Photo/Susan Walsh)
Donald Trump (AP Photo/Susan Walsh)
Washington DC -

Lolosnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dari pemakzulan semakin mengokohkan catatan sejarah bahwa tidak pernah ada Presiden AS yang dilengserkan oleh Senat.

Seperti dilansir Associated Press, Kamis (6/2/2020), Trump bersama dua Presiden AS sebelumnya, Andrew Johnson dan Bill Clinton, sama-sama dimakzulkan oleh House Representatives (HOR) atau DPR AS, namun ketiganya lolos dari pemakzulan saat proses voting oleh Senat AS.

"Tidak pernah ada presiden yang dicopot oleh Senat," demikian tulis media terkemuka AS, Associated Press, dalam artikelnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam voting yang digelar Senat AS yang dikuasai Partai Republik, Trump dibebaskan dari dua dakwaan pemakzulan, yakni menyalahgunakan kekuasaan dan menghalangi Kongres AS. Kedua dakwaan itu berkaitan dengan tindakan Trump menekan Ukraina untuk menyelidiki mantan Wakil Presiden AS, Joe Biden dan putranya, Hunter, menjelang pilpres 2020.

Untuk dakwaan menyalahgunakan kekuasaan, 52 Senator AS menolak dan hanya 48 suara yang mendukung. Dakwaan menghalangi Kongres AS, sebanyak 53 Senator AS menolak dan 47 suara lainnya mendukung. Hasil voting itu jauh dari ketentuan mayoritas dua pertiga suara -- sekitar 67 suara dari total 100 Senator AS -- yang dibutuhkan untuk bisa memakzulkan Trump sepenuhnya.

ADVERTISEMENT

Pada Desember 2019, Trump resmi dimakzulkan oleh DPR AS atas dua dakwaan tersebut. Namun tanpa validasi Senat AS, pemakzulan Trump tidak bisa berlaku.

Sebagian besar Senator Partai Republik mendukung Trump dalam voting pada Rabu (5/2) waktu setempat. Namun untuk dakwaan menyalahgunakan kekuasaan, ada satu yang membangkang, yakni Senator Utah, Mitt Romney, yang pernah menjadi capres AS untuk Partai Republik dalam pilpres 2012.

Semua Senator Demokrat menyatakan Trump bersalah atas dua dakwaan pemakzulan itu.

Lolosnya Trump dari pemakzulan ini dipandang sebagai kemenangan politiknya sebagai Presiden AS. Trump berhasil mendapatkan dukungan kuat dari Partai Republik dalam voting di Senat AS. Hasil voting dalam Senat AS, seperti dilansir AFP, menunjukkan betapa kuatnya cengkeraman Trump atas Partai Republik. Meskipun ada beberapa Senator Republikan yang mengakui perilaku Trump dalam menekan Ukraina adalah salah, Partai Republik secara keseluruhan tetap loyal padanya.

Sama seperti Trump, Andrew Johnson dan Bill Clinton juga dimakzulkan oleh DPR AS. Namun keduanya sama-sama lolos dari pemakzulan saat voting di Senat AS.

Johnson dimakzulkan DPR AS tahun 1868 silam, atas dakwaan melanggar Undang-undang (UU) Masa Jabatan karena dia memecat Menteri Urusan Perang, Edwin Stanton, dari jabatannya tahun 1867. Pemecatan Stanton itu melanggar UU Masa Jabatan, yang mengatur bahwa Presiden AS tidak bisa memecat setiap pejabat penting pemerintahan tanpa mendapatkan izin Senat AS.

Namun saat pemakzulan bergulir ke Senat AS, dengan sidang pemakzulan digelar selama 11 pekan, Johnson dibebaskan dari dakwaan tersebut. Hasil voting Senat AS saat itu menunjukkan 35 suara menyatakan dia bersalah dan 19 suara menyatakan dia tidak bersalah. Meski unggul, perolehan suara yang menyatakan Johnson bersalah tidak memenuhi syarat dua pertiga dari jumlah Senator yang ikut voting, sehingga Johnson lolos dari pemakzulan.

Clinton dimakzulkan DPR AS pada tahun 1998 atas dua dakwaan, yakni memberikan sumpah palsu saat menyangkal hubungan gelapnya dengan Monica Lewisnky dan menghalangi penegakan hukum. Saat kasusnya dibawa ke Senat AS dan disidangkan, Clinton dibebaskan dari dakwaan pada 12 Februari 1999.

Untuk sumpah palsu, 55 suara menyatakan dia tidak bersalah dan 45 suara menyatakan dia bersalah. Untuk dakwaan menghalangi penegakan hukum, perolehan suaranya sama kuat, yakni 50 suara menyatakan dia bersalah dan 50 suara menyatakan tidak bersalah. Perolehan suara suara itu tidak memenuhi syarat dua pertiga suara yang diperlukan dan Clinton pun lolos dari pemakzulan.

Dikutip dari Slate bahwa meningkatnya politik partisan di AS memberikan jaminan bahwa para Senator dari partai yang mendukung presiden yang dimakzulkan, jelas akan mendukungnya. Ketentuan mayoritas dua pertiga suara dalam voting Senat AS, membuat presiden tidak dalam risiko nyata bahkan saat partai oposisi menguasai Senat AS, kecuali jika ada dominasi oposisi 67 kursi.

Sidang pemakzulan Clinton mengonfirmasi masalah ini, di mana Senat AS yang saat itu dikuasai Partai Republik membebaskan Clinton dari dakwaan, dengan seluruh Senator Demokrat mendukungnya. Lolosnya Johnson dan Clinton dari pemakzulan, sebut Slate, telah mencoreng pemakzulan sebagai alat efektif dalam melawan seorang presiden yang tidak bermoral.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads