Pada Desember 2016, Andrei Karlov yang saat itu menjabat sebagai Dubes Rusia tewas ditembak saat membuka sebuah pameran foto di Ankara. Pembunuh Karlov merupakan seorang polisi Turki bernama Mevlut Mert Altintas (22) yang saat itu sedang tidak bertugas. Altintas ditembak mati anggota pasukan khusus Turki, sesaat usai penembakan terjadi.
Jaksa penuntut umum Ankara menjeratkan dakwaan untuk para tersangka sekitar dua tahun setelah pembunuhan terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilaporkan kantor berita Anadolu Agency dan dilansir AFP, Sabtu (24/11/2018), sebanyak 28 tersangka ini dijerat dakwaan 'melanggar aturan konstitusional', 'menjadi anggota organisasi teror', 'pembunuhan berencana dengan niat memicu teror' dan 'berupaya memicu teror atau kepanikan'.
Jaksa setempat berupaya menjerat dakwaan berlapis demi memberikan ancaman hukuman maksimum bagi para tersangka. Jaksa disebut menargetkan vonis penjara seumur hidup, yang diketahui telah menggantikan hukuman mati sebagai hukuman terberat di Turki.
Di antara 28 tersangka yang didakwa terdapat nama Gulen yang sebelumnya dituduh mendalangi percobaan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 15 Juli 2016, atau beberapa bulan lebih awal sebelum Karlov dibunuh. Gulen yang kini tinggal di Pennsylvania, AS telah menyangkal tuduhan Turki itu.
Diketahui bahwa otoritas Turki berulang kali menyalahkan Gulen dan para pengikutnya atas pembunuhan terhadap Karlov ini. Ditegaskan otoritas Turki bahwa pembunuhan Karlov direncanakan oleh kelompok Gulen. Pada April lalu, sebuah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan untuk delapan orang, termasuk Gulen, terkait kasus ini.
Selain Gulen, tersangka lain yang didakwa adalah Serif Ali Tekalan yang pernah mengepalai sebuah universitas di Istanbul yang dituduh terkait Gulen dan kini mengepalai North American University (NAU) yang berbasis di Texas, AS.
Dalam dokumen dakwaan itu, jaksa Ankara menyebut kelompok pengikut Gulen, Organisasi Teroris Fethullah (FETO), sebagai organisasi mata-mata dan intelijen yang ingin memancing 'provokasi' antara Turki dan Rusia dengan pembunuhan Karlov.
Hubungan Turki dan Rusia yang sempat memburuk akibat ditembak jatuhnya pesawat Rusia oleh jet tempur Turki di perbatasan Turki-Suriah pada November 2015 lalu, telah berangsur-angsur membaik sejak pertengahan tahun 2016.
Terkait Gulen, meski Turki telah merilis sejumlah surat perintah penangkapan, otoritas AS tidak pernah mengabulkan permohonan ekstradisi untuknya.
(nvc/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini