Erdogan juga mengatakan, penyelidikan awal menunjukkan bahwa pelaku pembunuhan, Mevlut Mert Altintas (22) memiliki kaitan dengan asing. Namun Erdogan tidak menjelaskan lebih rinci.
"Tak ada alasan untuk menyembunyikan bahwa dia anggota jaringan FETO. Semua koneksinya, mulai dari tempat dia bersekolah hingga relasinya, mengarah ke FETO," tutur Erdogan seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (22/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintahan Erdogan telah menyatakan bahwa jaringan Gulen telah menjalankan "sebuah negara paralel" dalam birokrasi sipil dan militer, serta memiliki agenda tersendiri untuk menggulingkan pemerintahan. Gulen yang hidup di pengasingan di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), sejak 1999 telah membantah hal tersebut.
Gulen yang oleh rezim Erdogan dianggap sebagai musuh negara, juga dituduh telah mendalangi upaya kudeta di Turki pada 15 Juli lalu. Sejak kudeta yang gagal itu, pemerintah Turki telah meminta AS untuk mengekstradisi ulama ternama Turki tersebut. Namun pemerintahan Barack Obama tidak mengabulkan permintaan tersebut.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu terang-terangan menyalahkan jaringan Gulen atas pembunuhan Dubes Karlov. "Turki dan Rusia tahu bahwa di FETO ada di balik serangan itu," ujar Cavusoglu seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (21/12/2016).
Dubes Karlov ditembak mati ketika tengah memberikan sambutan dalam pembukaan pameran foto di Ankara pada Senin, 19 Desember. Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Mevlut Mert Altintas, yang bekerja sebagai polisi antihuru-hara di Ankara selama 2,5 tahun. Pria berumur 22 tahun itu tewas dalam baku tembak dengan polisi usai penembakan Dubes Karlov. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini