Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Buku Saku Edukasi Keuangan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan Keluarga. Program ini menjadi langkah nyata sinergi lembaga negara untuk memperkuat perlindungan finansial dan literasi keuangan para pahlawan devisa.
Menteri P2MI, Mukhtarudin menyampaikan peluncuran buku saku ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya peningkatan kualitas perlindungan pekerja migran dari sebelum, selama, hingga setelah bekerja.
"Kita ingin memastikan pekerja migran tidak hanya pulang selamat, tapi juga pulang sukses," ujar Mukhtarudin di Puri Ardhya Garini, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (10/11/2025).
Ia menjelaskan sekitar 70 persen gaji pekerja migran masih digunakan untuk konsumsi. Melalui buku saku ini, para pekerja diharapkan dapat belajar mengelola keuangan secara bijak, berinvestasi dengan aman, dan mempersiapkan masa depan setelah kembali ke tanah air.
"Buku ini berisi panduan sederhana agar mudah dipahami, mulai dari menyusun rencana keuangan keluarga, mengelola remitansi, mengenal perbankan digital, berinvestasi aman, hingga menyiapkan usaha setelah pulang," jelasnya.
Perwakilan dari Deputi Gubernur Bank Indonesia, Anton Daryono menambahkan peluncuran buku ini menjadi bagian dari komitmen BI dalam menjaga sistem keuangan yang aman dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk pekerja migran.
"Untuk itu, BI berkomitmen menjaga tiga pilar utama; lindungi, edukasi, dan kolaborasi. Kami memastikan setiap rupiah hasil kerja keras PMI sampai dengan aman, data pribadinya terlindungi, dan seluruh layanan keuangan transparan serta responsif," katanya
Edukasi literasi keuangan bagi pekerja migran juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap keamanan data pribadi, transparansi biaya layanan, serta pemanfaatan kanal keuangan resmi.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi menyampaikan pekerja migran merupakan salah satu dari sepuluh segmen prioritas nasional dalam program edukasi dan perlindungan konsumen.
Maka dari itu, OJK berkomitmen untuk terus meningkatkan literasi keuangan di kalangan PMI agar mereka terhindar dari penipuan dan investasi ilegal.
"OJK berkomitmen terus meningkatkan pemberdayaan PMI melalui sinergi dan kolaborasi lintas lembaga. Pekerja migran yang cerdas finansial, khususnya di era digital, akan lebih sejahtera dan berkontribusi besar pada pembangunan ekonomi," ujarnya.
Friderica juga menyoroti masih banyak kasus pekerja migran yang menjadi korban penipuan daring, termasuk investasi bodong, pinjaman online ilegal, hingga love scam.
Berdasarkan data OJK, total kerugian masyarakat akibat aktivitas keuangan ilegal hingga Oktober 2025 mencapai Rp7,3 triliun, dengan lebih dari 311 ribu laporan yang diterima oleh Indonesia Anti-Scam Center.
Ia mengingatkan agar masyarakat selalu berhati-hati sebelum memilih produk keuangan, serta memastikan lembaga penyedia jasa keuangan telah terdaftar dan diawasi OJK.
Peluncuran buku ini menjadi wujud sinergi KP2MI, OJK, dan Bank Indonesia dalam menyediakan panduan praktis bagi pekerja migran. Disusun dengan bahasa sederhana, buku ini memuat petunjuk pengelolaan remitansi, perencanaan keuangan keluarga, serta investasi yang aman dan sesuai aturan, sebagai bagian dari tata kelola pekerja migran Indonesia yang holistik, komprehensif, dan terintegrasi.
Selain meningkatkan literasi keuangan, inisiatif ini juga diharapkan dapat mengurangi potensi kerentanan finansial di kalangan PMI dan keluarganya.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan uang, pekerja migran diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Mukhtarudin menegaskan kegiatan edukasi serupa akan diperluas ke berbagai daerah kantong PMI seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT, Lampung, dan Bali. Edukasi tersebut tidak hanya diberikan sebelum keberangkatan, tetapi juga saat masa kerja dan setelah kembali ke tanah air.
Menurutnya, negara akan terus hadir dalam seluruh siklus kehidupan pekerja migran, mulai dari pelatihan vokasi, peningkatan keterampilan, hingga pendampingan usaha pasca-purna.
Ia menambahkan KP2MI kini tengah mengembangkan Grand Design Ekosistem Pekerja Migran Indonesia, sebuah sistem terpadu yang mengintegrasikan data penempatan, perlindungan, dan pemberdayaan PMI dari hulu ke hilir.
"Dengan sistem yang terintegrasi, kita ingin memastikan pekerja migran mendapatkan layanan yang berkualitas, aman, dan berdampak pada kesejahteraan keluarganya," ujarnya.
Buku Saku Edukasi Keuangan ini menjadi simbol komitmen lintas lembaga dalam mewujudkan pekerja migran yang cerdas finansial, terlindungi, dan mandiri.
Seperti disampaikan dalam sesi penutup, buku ini diharapkan menjadi panduan dan inspirasi bagi PMI untuk mengelola keuangan dengan lebih baik, sekaligus memperkuat kontribusi mereka terhadap ketahanan ekonomi bangsa.
Tonton juga Video: LPS Financial Festival 2025 Digelar di Medan, Belajar Keuangan dari Suhunya!
(anl/ega)