Batik Bisa Gerakkan Ekonomi, Kemenperin Ajak Anak Muda Ikut Lestarikan

Risma Elsa - detikNews
Jumat, 01 Agu 2025 16:38 WIB
Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi, mengajak generasi muda memegang peranan penting sebagai agen perubahan di era digital melalui pelestarian batik. Ia menekankan bahwa keberlanjutan dimulai dari generasi muda, sebab mereka menjadi titik awal sekaligus penggerak utama melalui inovasi dan semangat keberlanjutan.

"Sustainability start dari generasi muda. Dengan innovation dan sustainability, kita dapat memaksimalkan potensi generasi muda untuk menerapkannya di era digital ini," ujar Doddy Rahadi, pada acara Talkshow Gelar Batik Nusantara (GBN) di Pasaraya Blok M, Jakarta (01/08/2025).

Ia memaparkan saat ini Indonesia sedang berada dalam masa bonus demografi, yaitu kondisi ketika sebagian besar penduduknya berada dalam usia produktif sebesar 67,5 persen. Dalam kelompok usia produktif ini, generasi muda dianggap memiliki peran penting sebagai motor penggerak ekonomi dan juga dalam pelestarian budaya nasional, salah satunya melalui batik.

"Dengan potensi ini, minimal satu orang punya tiga batik, baru kita bisa menggerakkan ekonomi. Dengan energi, kreativitas dan semangat inovasi dari generasi muda Indonesia, kita juga memiliki peluang besar untuk pelestarian budaya lokal melalui batik," ujarnya.

Menurut Doddy, selama ini batik kerap dipandang sebagai pakaian khas generasi tua. Untuk itu pihaknya mendorong inovasi untuk menghadirkan desain batik yang lebih segar dan relevan dengan gaya hidup generasi muda.

"Kita terus memikirkan bagaimana cara membuat desain batik yang bisa dipakai sehari-hari dan relevan dengan gaya hidup generasi muda saat ini. Supaya nggak takut kelihatan tua karena batik kan memang trademark-nya orang-orang tua yang pakai. Tapi kalau ini dibuat lebih variatif, lebih relevan dengan gaya hidup anak muda. Kalau potensi yang 67,5 persen terwujud akan luar biasa sekali," ucapnya.

Tak hanya sekadar memakai, anak muda juga diajak untuk merasakan langsung nilai-nilai yang terkandung dalam batik, mulai dari mengenal perajin, memahami pewarnaan alami, hingga menghayati filosofi motifnya. Kunjungan ke sentra industri batik yang ramah pun dinilai mampu membangun kedekatan emosional yang lebih kuat, sehingga mereka tidak sekadar menjadi konsumen, tetapi juga pelestari.

"Anak-anak muda itu senang dengan visual, senang dengan sesuatu yang gampang ditangkap dan dicerna. Kalau mereka berhasil memahami proses pembuatan batiknya, kemudian ditambah dengan narasi yang baik tentang perajinnya, pewarnaan alaminya, dan filosofi motifnya, itu akan lebih masuk ke hati mereka. Dari situ, akan tumbuh rasa bahwa batik adalah sesuatu yang penting untuk dilestarikan," katanya.

Lebih lanjut, keterlibatan generasi muda juga perlu diperluas melalui kolaborasi lintas sektor. Konsep pentahelix menjadi kunci, di mana pemerintah, industri, institusi pendidikan, media, dan komunitas budaya bersinergi dalam mendukung pelestarian batik secara menyeluruh.

"Kita harus membangun hubungan emosional yang lebih dalam. Ini bukan hanya tugas satu pihak. Harus ada kolaborasi dari pemerintah, pelaku industri, pendidikan, media, hingga komunitas. Semuanya perlu bergerak bersama untuk menjaga batik tetap hidup dan dikenal, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mata dunia," tambahnya.

Sebagai informasi, Acara Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025 yang digelar Kementerian Perindustrian ini dilaksanakan mulai Rabu, 30 Juli hingga Minggu, 3 Agustus 2025, di Pasaraya Blok M. Rangkaian kegiatan yang berlangsung lima hari ini meliputi opening ceremony, talkshow bersama tokoh batik, fashion show, workshop kreatif, parade batik, hingga pertunjukan musik.

Tonton juga video "Mengenal Syalisatul, Perempuan Visioner Pendiri Rumah Batik di Wawonii" di sini:




(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork