GBN 2025, Strategi Kemenperin Wujudkan Industri Batik Berkelanjutan

GBN 2025, Strategi Kemenperin Wujudkan Industri Batik Berkelanjutan

Dea Duta Aulia - detikNews
Senin, 04 Agu 2025 13:50 WIB
Gelar Batik Nusantara 2025
Foto: Pradita Utama/detikcom
Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk mendorong dan mengembangkan industri batik secara berkelanjutan. Salah satunya dengan menggelar acara Gelar Batik Nusantara di Jakarta pada 30 Juli-3 Agustus 2025 lalu.

Dalam acara tersebut, Kemenperin mendorong anak-anak muda untuk turut memberikan kontribusi terhadap industri batik. Industri ini dinilai penting mendapatkan perhatian karena batik merupakan bagian dari warisan budaya khas Indonesia yang perlu dilestarikan.

Selain melestarikan, kehadiran acara tersebut juga bertujuan untuk mendorong industri tekstil serta menggeliatkan industri kecil dan menengah (IKM). Pasalnya, sektor ekonomi kreatif mampu menyumbang 7,8% terhadap PDB nasional dengan kontribusi terbesarnya di fesyen dan kriya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara data Badan Pusat Statistik 2022 menyebutkan lebih dari 958 ribu IKM fesyen, yang terdiri atas IKM tekstil sebanyak 303.485 unit, pakaian jadi sebanyak 594.912 unit, serta kulit dan alas kaki sebanyak 60.760 unit. Ketiga subsektor tersebut secara kumulatif pula menyerap lebih dari 1,6 juta tenaga kerja yang sebagian besar berasal dari kalangan usia produktif.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, batik semakin dekat dengan generasi muda yang aktif mengangkat batik melalui fesyen, konten digital, dan kewirausahaan kreatif. Saat ini, lebih dari 53,8% penduduk Indonesia merupakan generasi milenial dan generasi Z.

ADVERTISEMENT

Lewat data tersebut, dia menjelaskan bahwa generasi muda memiliki potensi dan peran besar dalam pelestarian serta inovasi batik. Sehingga batik tetap relevan untuk digunakan bagi lintas generasi. Hal itu diungkapkan Faisol dalam kuliah umum bertajuk 'Membatik Pikiran, Mewarnai Karakter, Menjahit Cita-Cita' dalam rangkaian Industrial Festival feat. Gelar Batik Nusantara 2025 di Jakarta, Rabu (30/7/2025).

"Mungkin teman-teman pikir batik itu warisan budaya, yang erat kaitannya dengan masa lalu. Tetapi perlu diketahui, para pembatik di zaman dulu adalah anak muda juga, bukan orang tua seperti yang kita saksikan sekarang. Mereka menciptakan motif-motif batik dari pengalaman, warisan yang didapatkan dari orang tua, budaya lingkungan, dan inspirasi," kata Faisol, Senin (4/8/2025).

Dalam acara tersebut, dia mengingatkan agar anak muda terus menjaga produktivitas mereka. Menurutnya, setidaknya ada 5 hal yang perlu diperhatikan anak muda agar produktivitas mereka bisa terjaga dan memberikan dampak positif terhadap industri batik.

Pertama, kesiapan intelektual, dalam hal ini generasi muda memiliki kesiapan untuk mau bertempur di dunia nyata. Selain itu, generasi muda mampu memahami sejarah dan filosofi batik sebagai bagian dari identitas nasional, serta sadar akan tantangan globalisasi terhadap budaya lokal.

Kedua, keterampilan digital dan kreatif. Menurutnya, saat ini, digitalisasi yang berkaitan dengan kreativitas tidak dapat terhindarkan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Generasi muda dapat meningkatkan skill seperti desain grafis, animasi, juga memanfaatkan media sosial dengan menjadi content creator untuk memperkenalkan batik.

"Ketiga, pengalaman kewirausahaan. Jika generasi muda mampu mengkonsolidasikan seluruh potensi yang ada di kewirausahaan, mengelolanya dengan baik, menjalankan secara optimal, maka bisa tumbuh menjadi industri besar. Untuk memulainya, dapat dilakukan dengan membangun brand lokal berbasis batik dengan pendekatan modern seperti streetwear sustainable, dan fashion," tuturnya.

Gelar Batik Nusantara 2025Foto: Pradita Utama/detikcom

Keempat, kepekaan sosial dan lingkungan. Salah satu contoh yang dapat dilihat seperti saat ini yaitu isu yang selalu menjadi sorotan anak muda, mulai dari gerakan anti produk plastik sekali pakai, energi terbarukan, pengelolaan sampah, hingga kebersihan sungai dari limbah. Kepekaan itu, lanjut Faisol, menjadi potensi untuk mencapai tujuan dan cita-cita di masa depan yang generasi muda miliki.

Kelima, sikap bangga dan aktif. Wamenperin menegaskan pentingnya anak muda memiliki ambisi yang berperan sebagai penunjuk arah dalam mencapai cita-cita. Selain itu, penting juga untuk membiasakan diri membuat rencana yang jelas, agar semangat dan keaktifan mereka bisa terukur dan terarah.

"Kalian adalah harapan kita semua, masa depan Indonesia. Oleh karena itu, jangan pertaruhkan hidup kalian untuk sesuatu yang rasanya jauh dari cita-cita dan tujuan. Tentu saya juga berharap bahwa adik-adik terus mencintai batik," ungkapnya.

Pentingnya Kreativitas untuk Dukung Keberlanjutan Industri Batik

Dalam acara GBN 2025, Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi menilai kreativitas generasi muda sangat dibutuhkan untuk mendorong industri tersebut. Apalagi saat ini, sebanyak 67,5% penduduk Indonesia merupakan generasi muda di usia produktif.

Dia mengatakan terdapat pergeseran positif dalam cara generasi muda memaknai batik. Jika dahulu batik identik dengan pakaian formal dan kesan konservatif, kini anak muda mulai mengadopsinya sebagai bagian dari gaya casual dan streetwear. Bahkan, banyak dari mereka yang melahirkan label fesyen lokal berbasis batik, menciptakan desain yang segar, serta mempromosikannya melalui platform digital dengan pendekatan visual yang menarik.

"Batik bukan lagi sekadar pakaian upacara. Bagi generasi muda, batik telah menjadi simbol identitas dan ekspresi budaya yang bisa dibanggakan. Ini potensi besar yang harus terus kita dukung," kata Doddy.

Gelar Bakti Nusantara 2025Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom


Doddy memastikan Kementerian Perindustrian terus mendorong narasi keberlanjutan dalam industri batik, termasuk dengan mempromosikan proses produksi yang ramah lingkungan, penggunaan pewarna alami, serta mendorong transparansi rantai pasok dari pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM). Edukasi kepada konsumen muda juga dilakukan melalui berbagai kampanye dan festival.

"Kita harus membangun hubungan emosional yang lebih dalam. Ini bukan hanya tugas satu pihak. Harus ada kolaborasi dari pemerintah, pelaku industri, pendidikan, media, hingga komunitas. Semuanya perlu bergerak bersama untuk menjaga batik tetap hidup dan dikenal, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mata dunia," ujar Doddy.

Dia menambahkan kegiatan seperti Gelar Batik Nusantara dan Industrial Festival merupakan wujud nyata komitmen Kemenperin dalam membuka ruang kolaborasi antara industri, komunitas, dan generasi muda. Platform ini sekaligus menjadi sarana edukasi publik dan promosi batik Indonesia di pasar domestik maupun global.

"Melestarikan batik bukan sekadar mempertahankan kain bermotif indah. Ini tentang merawat identitas bangsa, menghormati perajin, dan bertanggung jawab terhadap bumi tempat kita berpijak. Mari terus berkolaborasi, mulai dari diri sendiri, mulai dari hari ini," tuturnya.

Sementara itu, Founder KaIND Melie Indarto menyambut baik upaya pemerintah dalam mendorong industri fesyen termasuk batik secara berkelanjutan. Menurutnya, langkah yang telah diambil pemerintah mampu membangun industri fesyen di masa depan serta bisa menghadirkan dampak positif ke berbagai sektor

"KaIND berangkat dari keyakinan bahwa kearifan lokal merupakan fondasi penting dalam membangun industri fashion masa depan. Melalui pendekatan yang etis, estetis, dan berdampak sosial, kami ingin mendorong transformasi industri yang tidak hanya berdaya saing secara global, tetapi juga berpihak pada lingkungan dan komunitas," tutup Melie Indarto.

(akd/akd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads