Cerita Pendamping Korban
Pendamping korban pencabulan di panti asuhan Tangerang, Dean Herdesviana, mengungkapkan kasus terkuak karena ada korban yang melapor kepada dirinya. Dia mengatakan laporan pertama kali diterimanya melalui direct message (DM) Instagram.
Dean awalnya tidak percaya dengan laporan tersebut, mengingat panti asuhan itu didirikan oleh temannya yang cukup agamis. Dia mengaku sempat dilema saat mengetahui adanya pencabulan lantaran yang akan dilaporkan adalah teman SMA nya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya spill dikit, laporan ini pertama kali di DM Instagram, yang mengatakan bahwa 'Bunda, kami ini dilecehkan, hampir semua santri-santri di panti asuhan ini dilecehkan oleh saudara Sudirman'. Saya sebagai temannya tidak percaya karena balutan performance-nya begitu rapi, manis, agamis dan di depan saya juga keseringan lidahnya berzikir ya. Tapi itu naudzubillah min dzalik saya nggak percaya makanya ini dilema," kata Dean saat audiensi dengan Mensos Saifullah Yusuf atau Gus Ipul di Kemensos, Salemba, Jakarta Pusat, Senin (7/10).
Hingga akhirnya dia tergerak melaporkan pelaku setelah mendengar pencabulan yang dialami korban. Dia prihatin dengan apa yang diajarkan pimpinan panti asuhan itu kepada anak-anak di sana.
"Saya sakit sekali ketika mendengar ini bukan sekadar kasus pemerkosaan, tapi ini kasus pelecehan, pencabulan, pedofil, hubungan sesama jenis dan homoseksual yang diciptakan. Ini diciptakan oleh pimpinan panti asuhan melegalkan hubungan sesama jenis karena panti ini isinya laki-laki semua," ujarnya.
![]() |
12 Anak Dibawa ke RPS
Sebanyak 12 anak penghuni panti asuhan di Kunciran Indah dipindahkan ke rumah perlindungan sosial (RPS) Dinas Sosial Kota Tangerang karena kasus dugaan pelecehan. Pemkot Tangerang menyebutkan 12 anak tersebut dalam kondisi sehat.
"Saat ini mereka dalam kondisi sehat dan ceria. Di dalam RPS, anak-anak pun beraktivitas normal dengan pantauan petugas selama 24 jam penuh," kata Kepala DP3AP2KB Kota Tangerang Tihar Sopian, dikutip Antara, Senin (7/10).
Tihar mengatakan 12 anak tersebut melakukan aktivitas seperti bermain bersama, trauma healing dengan story telling atau bercerita bersama psikolog, hingga nonton film bersama.
"Anak-anak benar-benar dipantau dan dipastikan kebutuhan, kebersihan dan kesehatannya terjamin dengan baik. Mulai dari makan yang teratur, mandi atau kebersihan pakaiannya, hingga fasilitas bermain mereka pun dipenuhi," katanya.
Saat ini 12 anak tersebut sedang menunggu hasil tes kesehatan dan konseling psikis yang telah dilakukan pada Jumat (4/10). Tihar menambahkan 12 anak ini belum tentu menjadi korban pencabulan.
"(Sebanyak) 12 anak ini belum dinyatakan korban, karena masih proses pendalaman dengan hasil tes kesehatan, konseling psikis atau visum jika nanti dibuktikan. Mereka hanyalah anak-anak yang berada di dalam panti asuhan tersebut, tapi belum tentu mereka termasuk korban," ujarnya.
Lihat juga Video 'Ini Pemilik-Guru Ponpes di Bekasi Pelaku Pencabulan Santri':
(mea/lir)