Ketua PBNU Savic Ali berharap organisasi pemuda dapat menghasilkan pemimpin yang mumpuni untuk terus memperjuangkan kepentingan rakyat. Dia mengatakan pemuda menjadi pendobrak kepentingan rakyat.
"Zaman Orde Baru FPPI hadir sebagai tenaga pendobrak. Sekarang di zaman yang penuh keterbukaan, saya berharap FPPI mampu melahirkan pemimpin yang secara sosial-politik mumpuni di masa depan," kata Savic di sela kongres VII Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Minggu (26/2/2023).
Eks Sekjen FPPI ini berharap pengurus baru menjadi mekanisme regenerasi kepemimpinan pemuda. Dia menilai kongres FPPI ini menjadi bagian penting ikhtiar menghadirkan perubahan.
Savic melihat bagaimana di era yang terpolarisasi ini menjadi tantangan tersendiri untuk organisasi. Namun, baginya juga terdapat celah di mana masyarakat sekarang lebih peduli dengan isu demokrasi.
"Saya melihat masyarakat sekarang lebih peduli dengan isu demokrasi. Itu bisa menjadi kesempatan," ungkapnya.
Dia berpesan agar gerakan organisasi lebih mengadopsi penggunaan teknologi supaya kinerja organisasi dapat terukur dengan baik. Savic berharap agsr FPPI tetap progresif.
Dalam kongres, FPPI mengungkapkan komitmen peran pemuda menghadapi polarisasi politik serta pengawalan terhadap kedaulatan rakyat. Kongres yang mengusung tema "Meneguhkan Identitas Pemuda dalam Bingkai Nasional Demokrasi Kerakyatan" memutuskan Sari Wijaya sebagai Pimpinan Nasional FPPI periode 2023-2026.
Sari mengungkapkan sebagai organisasi yang berasal dari simpul-simpul gerakan mahasiswa dan pemuda, FPPI senantiasa berupaya mempelopori gerakan masyarakat yang hak-haknya terpinggirkan.
"Dulu, kawan-kawan bergerak melawan kelaliman Orde Baru, pemerintahan yang represif. Kini, komitmen itu tetap sama, yakni terus melakukan perubahan Indonesia yang lebih baik, demokratis dan berkeadilan," ucap Sari.
Menurutnya tantangan zaman sesungguhnya telah berubah. Dia melihat ada banyak problem kebangsaan yang belum tuntas, mulai dari isu konflik lahan, nasib petani, buruh, isu toleransi, hingga yang strategis seperti pendidikan masih menemukan banyak problem.
Dia juga menyinggung masa depan Indonesia di tengah era globalisasi dan persaingan geopolitik antarnegara maju yang selalu mengorbankan posisi negara berkembang seperti Indonesia.
"Konsekuensi nyatanya banyak dihadapi masyarakat kita, di daerah semakin banyak korban tambang. Di kota-kota angka pengangguran semakin meningkat di tengah penetrasi digital tanpa bekal memadai," ucapnya.
Acara kali ini turut dihadiri perwakilan dari berbagai kota, tokoh ulama NU Gus Mufawiq dan aktivis sosial sekaligus musisi Mike Marjinal.
(jbr/jbr)