Ketua RW 03 Jatiwarna, Nur Asiah, hadir dalam jumpa pers Bripka Madih yang mengaku korban 'polisi peras polisi' di kasus dugaan sengketa lahan. Nur Asiah menyebut Bripka Madih sosok yang arogan dan perilakunya seringkali meresahkan warga.
"Untuk hal-hal lain ya, mohon maaf mungkin media tidak tahu ya tapi di warga kami, di lingkungan, kami di wilayah RW 03 Bapak Madih itu sudah sering sekali dengan sikap arogansinya dengan kesombongannya ada saja hal-hal yang dilakukan dan meresahkan warga," kata Nur saat jumpa pers di Polda Metro Jaya, Minggu (5/2/2023).
Nur Asiah mengatakan dirinya pernah mengalami kejadian tak mengenakan yang dilakukan Bripka Madih saat sedang menggelar rapat. Saat itu, kata Asiah, Bripka Madih membakar sampah yang menyebabkan asap menyebar ke ruang rapat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satunya saya sudah menjadi RT selama 4 tahun kemudian saya menjadi RW ketika kami sedang rapat mohon maaf rapat dengan tim kami RW 03, tiba-tiba ditabunin karena posisinya bersebelahan dengan beliau gitu ya, bapak bisa bayangin dong ya kita lagi rapat dibakarin asap," kata Asiah.
"Kemudian pernah juga kami ngalamin bau yang sangat anyir tidak tahu dari mana tapi dari arah rumah beliau itu kami cium juga baunya," imbuhnya.
Tak hanya itu, kata Asiah, Bripka Madih juga pernah meneror guru-guru yang mengajar di sekitar rumah. Bripka Madih, kata Asiah, juga pernah memasang setrum di tiang listrik RW 03.
"Belum lagi teror kepada guru-guru yang mengajar di sebelah rumah beliau, itu salah satunya, kemudian kasus, mungkin sudah lama juga, pernah beliau ini tiang listrik dikasih setrum, bapak bisa tanya ke warga RW 03 dan beliau sempat waktu itu bermasalah juga dengan salah satu warga kami gara-gara masang lampu di jalan hampir dia digebukin oleh orang kalau kita nggak ngelindungi," kata Asiah.
"Saya hanya meluruskan jangan seolah-olah hanya dia yang terzalimi, tapi warga kami pun merasa terganggu dengan hal-hal yang beliau lakukan dengan sikap arogansinya," ungkapnya.
Selanjutnya permohonan maaf Bripka Madih. Baca di halaman berikutnya>>
Simak Video 'Buntut Sengketa Lahan, Ketua RW Sebut Bripka Madih Kerap Arogan':
Bripka Madih Mohon Maaf
Bripka Madih dihadirkan juga dalam konferensi pers. Bripka Madih mengawali jumpa pers dengan meminta maaf.
"Ini adalah kezaliman yang menimpa hak orang tua, mohon maaf, mohon maaf yang sebesar-sebesarnya kepada rakyat Indonesia dan dunia," ujar Madih.
Madih menyebut permasalahan ini merupakan laporan lama. Laporan tersebut ia laporkan ke Polda Metro Jaya pada tahun 2011. Penyidik yang menangani kasus Madih pun sudah pensiun.
"Mohon ya Allah astagfirullah, kita bukan bicara minta dibela, kita meluruskan," ucap Madih.
Madih meluruskan ia tidak meminta lahan yang telah ia jual. Ia menegaskan hak orang tuanya adalah lahan yang tidak dijual, namun diserobot oleh pengembang perumahan.
"Artinya bukan lahan yang sudah dijual, kita tagih, bukan," kata Madih.
Madih menyampaikan sudah memberikan keterangan soal penjualan lahan seluas 100 m di tahun 1990. Namun saat mau melapor ke Polda Metro Jaya luas tanah yang tercantum berbeda.
"Sudah kita jelaskan ya, Pak Victor memang beli 100 m dulu tahun 1990, tapi saat kita mau lapor ke polda metro jaya, itu di SPPT-nya itu jadi 125," ucapnya.
Madih mengatakan sengketa lahan ini sudah terjadi sejak dia belum menjabat sebagai polisi. Hingga sekarang Madih menempuh jalur hukum untuk memperjuangkan lahan milik orang tuanya.
"Kalau bicara data tadi kaget banget, berubah. Itu ada tanda tangan kita tapi di situ ada surat pernyataan, kita punya surat pernyataan juga. Ane istiqomah. Ini belum selesai, makanya ane minta media yang membantu bisa meliput tentang pernyataan saya memviralkan, Madih ini gaptek, tahunya cuma kita laporan di kantor sekadar laporan biasa," katanya.