Kebijakan Rektor UIN yang dipilih langsung oleh Menteri Agama (Menag) menuai protes. Mekanisme pemilihan Rektor UIN memang berbeda dengan pemilihan rektor di PTN lainnya.
Setidaknya mekanisme pemilihan rektor di kampus negeri lain selalu berdasarkan rapat yang diselenggarakan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) kampus. Berdasarkan pemberitaan detikcom, hal ini tampak dalam mekanisme pemilihan rektor di UI, Unpad, hingga ITB.
Misalnya untuk pemilihan Rektor UI, MWA UI melakukan penjaringan terhadap sejumlah calon rektor yang mendaftar. Setiap anggota MWA berhak memberikan satu suara, kecuali Rektor UI yang sedang menjabat. Total anggota MWA ada 17 orang.
Selain itu, Mendikbudristek mempunyai 35 persen hak suara atau setara dengan 8 hak suara.
Proses pemilihan Rektor UI ini dijalankan berdasarkan asas profesional, nondiskriminatif, akuntabel, dan transparan.
Di Unpad, rektor juga dipilih oleh MWA. Anggota MWA Unpad berjumlah 17 orang dan Mendikbudristek juga memiliki 35 persen hak suara. Tetapi bedanya Rektor Unpad tidak dipilih melalui voting, melainkan melalui aklamasi. Jadi Rektor Unpad ditentukan lewat musyawarah mufakat dari MWA Unpad.
Proses seleksi panjang mulai secara daring, senat akademik, masukan PPATK, perilaku di medsos, penilaian BNPT, assessment center oleh Telkom. Nantinya barulah ditetapkan rektor yang terpilih.
Hal yang sama juga dilakukan oleh MWA ITB ketika memilih Rektor ITB lewat musyawarah mufakat. Ada 17 anggota MWA dan Mendikbudristek juga memiliki 35 persen suara.
Tim panel ahli MWA ITB menetapkan 30 nomine yang kemudian diseleksi lagi menjadi 10 bakal calon rektor.
Lalu, melalui Sidang di Senat Akademik ITB ditetapkan menjadi 3 Calon Rektor ITB. Rektor ITB dipilih lewat musyawarah mufakat. Namun, jika tidak ditemukan mufakat, maka dilakukan voting.
(rdp/tor)