Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung. Kegiatan dengan tema 'Ethics For Smart Society 5.0: Channelling State Ideology Through Digital Humanities' dibuka secara daring oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly yang mewakili Presiden RI Joko Widodo.
Dalam sambutan Jokowi yang disampaikan Yasonna, ia menegaskan kedudukan Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Ia juga mengapresiasi kegiatan yang telah mengumpulkan para ilmuwan nasional maupun Internasional dalam bidangnya.
"Pada kesempatan yang berbahagia ini saya mewakili Presiden Republik Indonesia sebagai kegiatan yang memungkinkan terjadinya pertukaran ilmu pengetahuan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan," ujar Yasonna dalam keterangan tertulis, Rabu (3/11/2022).
Disamping itu, Yasonna menyebut ITB merupakan kampus Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno dalam menimba ilmu untuk kemajuan bangsa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Maka sudah sewajarnya BPIP berkolaborasi dengan tempat di mana Ir. Soekarno dalam menimba ilmu dalam mempersiapkan kebijakan dalam membangun Indonesia", paparnya.
Ia berharap kegiatan tersebut mempu menghasilkan karya intelektual yang dapat dijadikan referensi dalam membangun Bangsa yang berlandaskan Pancasila.
"Kegiatan ini diharapkan mampu menghasilkan karya-karya yang intelektual yang dapat dijadikan referensi dalam kebijakan", lanjutnya.
Ia menjelaskan dengan revolusi industri dengan kemajuan teknologi pasti menimbulkan tantangan dan kerugian terhadap kehidupan manusia.
"Untuk mengatasi hal tersebut maka karya ilmiah, sastra yang dihasilkan tidak menghilangkan unsur manusiawi agar kemajuan revolusi industri", ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengatakan di era baru perkembangan teknologi digital berkembang sangat pesat sehingga membawa perubahan yang beragam atau kompleks. Ia mengatakan kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
"Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehingga perlu perumusan tantangan, peluang dan inovasi yang diperlukan dalam membangun kehidupan smart society 5.0," ujar Yudian.
Dalam evolusi 5.0 adalah masyarakat yang informasional yang dibangun di atas society 4.0 yang bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan, kesejahteraan masyarakat dunia. Ia menjelaskan, tujuannya adalah untuk mewujudkan masyarakat di mana orang menikmati hidup secara maksimal.
Ia menegaskan dengan semakin kompleksnya tantangan baru itu, maka Pancasila sebagai Ideologi Negara harus ikut adil dalam kebijakan, yaitu untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru.
"Pancasila sendiri memiliki dimensi atau kekuatan untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru", tegasnya.
Dirinya bahkan mengatakan Pancasila dibentuk untuk menjawab semua isu kontemporer yang terus berkembang.
"Pancasila harus diamalkan pada pembangunan nasional dalam aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan teknologi informasi", tutupnya.
Rektor ITB Prof. Reni D. Wirahadikusumah, yang diwakili oleh Sekretaris Rektor ITB Prof. Dr. Ing. Widjaja Martokusumo mengucapkan terimakasih kepada BPIP yang sudah menjalin kolaborasi. Menurutnya, Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah salah satu faktor yang penting dalam menjadikan ITB sebagai pusat dari pengembangan kebudayaan bangsa.
Hal itu sesuai dengan RENIP ITB 2006 - 2025. Selaras dengan perkembangan teknologi digital, memahami dan menguasai bidang digital dan kemanusiaan adalah sebuah keharusan. Ia mengatakan, humaniora merupakan salah satu faktor penting dalam menjadikan ITB sebagai pusat pengembangan budaya.
"Humaniora merupakan salah satu faktor penting untuk menjadikan ITB sebagai pusat pengembangan budaya bangsa, sebagaimana diamanatkan dalam RENIP ITB 2006-2025. Sejalan dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi digital, pemahaman dan penguasaan bidang humaniora digital sangat diperlukan, suatu keharusan" ujar Widjaja.
Ia juga memaparkan kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh KK Ilmu-ilmu Kemanusiaan (KKIK) di Fakultas Seni Rupa dan Desain telah melebihi ekspektasi terdapat studi, HAKI, and Pengabdian Masyarakat yang telahdilaksanakan oleh KKIK, termasuk kegiatan kolaborasi dengan berbagai pihak.
"Untuk mengantisipasi dan menjawab berbagai tantangan, peluang, dan inovasi di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang sedang mengalami perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan era digital dengan berbagai disrupsi kemanusiaan; ITB melalui KKIK bekerjasama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk mengembangkan posisi Pancasila sebagai paradigma keilmuan khususnya dalam disiplin ilmu humaniora melalui kontribusi karya ilmiah dari para ahli dan ilmuwan nasional dan internasional di bidang humaniora digital," ujar Widjaja.
Direktur Pengkajian Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP M. Sabri dalam laporannya mengatakan kegiatan ini merupakan ikhtiar agung untuk menghimpun visi dan pemikiran dari para ilmuwan dalam negeri maupun luar negeri. Hasil dalam kegiatan tersebut diharapkan dapat melahirkan karya dari para ilmuwan Internasional yang akan menjadi referensi ilmiah dalam menjelaskan berbagai tantangan, peluang dan inovasi yang diperlukan dalam rangka membangun kehidupan smart society 5.0 di Indonesia maupun luar negeri dengan menggunakan perspektif Pancasila.
"Kami juga bekerja sama dengan penerbit International Atlantis Press sehingga referensi ilmiah Pancasila dan keilmuan digital humanities dapat diakses secara internasional dan diperbincangkan secara global," pungkas M. Sabri.
(akn/ega)