Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyebut wacana pemberlakuan kembali PCR sebagai syarat perjalanan dinilai tidak efektif. Menurutnya, rapid test memiliki keunggulan dibandingkan dengan PCR.
"Rapid test antigen bisa tepat dan efektif sebagai alat tes untuk misal orang masuk event besar, olahraga, atau perjalanan. Itu bisa, jelas," kata Dicky saat dihubungi, Selasa (9/11/2021).
"Rapid test antigen bisa tepat. Kalau memilih PCR, itu secara strategi kesehatan masyarakat, tidak tepat," katanya.
Dicky menyampaikan soal perbandingan pendekatan medis atau klinis dan pendekatan kesehatan masyarakat. PCR memang sangat pas untuk pendekatan medis untuk mengetahui kasus virus Corona (COVID-19).
"(PCR) untuk mencapai hasil yang akurat seakurat mungkin dalam kepentingan klinis," ujar Dicky.
Namun, ada pendekatan lain yang penting untuk kesehatan masyarakat. Bagaimana penyakit itu bisa diketahui sebelum menularkan.
"Kepentingan kesehatan masyarakat, yang akan dituju adalah, selain deteksi orang, apakah dia infectiousness, artinya terinfeksi dan bisa menularkan," ujar Dicky.
Baca juga: 5 Pemain Besar Layanan PCR Test Indonesia |
"Kedua, harus cepat hasilnya, karena orang ini berisiko menularkan kalau lama," katanya.
Jadi, strategi yang cocok untuk pendekatan kesehatan masyarakat adalah harus memiliki unsur efektif dan cepat. Tidak memakan waktu terlalu lama meski hasil PCR merupakan paling baik.
"Sekarang lima menit saja berisiko, strategi yang dipilih bukan hanya efektif, mudah dan cepat. Itu dari sisi kesehatan masyarakat. Karena tujuan, 'nggak bisa nih orang ini bepergian, harus isolasi karantina.'" ujarnya.
"Kalau bicara murah, cepat, dan mudah, dites antigen atau lateral flow test," ujarnya.
Rapid antigen memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Dicky pun mendasarinya pada penelitian dari University College London.
"Berbasis penelitian terakhir, sebulan lalu, dari University College London, bahwa orang memiliki hasil positif rapid antigen, harus dipercaya dia tidak boleh ke mana-mana, atau bergejala, dia isolasi," katanya.
"Hasil riset antigen, ini 80 persen efektif deteksi setiap level infeksi COVID, awal sampai menegah ini. Bahkan lebih efektif, 90 persen efektif ketika sedang infectious, sangat menular," ujarnya.
(aik/fjp)