Epidemiolog Nilai Wacana Pemberlakuan Kembali Tes PCR Tak Tepat!

Epidemiolog Nilai Wacana Pemberlakuan Kembali Tes PCR Tak Tepat!

Arief Ikhsanudin - detikNews
Selasa, 09 Nov 2021 09:46 WIB
Jakarta -

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyebut wacana pemberlakuan kembali PCR sebagai syarat perjalanan dinilai tidak efektif. Menurutnya, rapid test memiliki keunggulan dibandingkan dengan PCR.

"Rapid test antigen bisa tepat dan efektif sebagai alat tes untuk misal orang masuk event besar, olahraga, atau perjalanan. Itu bisa, jelas," kata Dicky saat dihubungi, Selasa (9/11/2021).

"Rapid test antigen bisa tepat. Kalau memilih PCR, itu secara strategi kesehatan masyarakat, tidak tepat," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dicky menyampaikan soal perbandingan pendekatan medis atau klinis dan pendekatan kesehatan masyarakat. PCR memang sangat pas untuk pendekatan medis untuk mengetahui kasus virus Corona (COVID-19).

"(PCR) untuk mencapai hasil yang akurat seakurat mungkin dalam kepentingan klinis," ujar Dicky.

ADVERTISEMENT

Namun, ada pendekatan lain yang penting untuk kesehatan masyarakat. Bagaimana penyakit itu bisa diketahui sebelum menularkan.

"Kepentingan kesehatan masyarakat, yang akan dituju adalah, selain deteksi orang, apakah dia infectiousness, artinya terinfeksi dan bisa menularkan," ujar Dicky.


"Kedua, harus cepat hasilnya, karena orang ini berisiko menularkan kalau lama," katanya.

Jadi, strategi yang cocok untuk pendekatan kesehatan masyarakat adalah harus memiliki unsur efektif dan cepat. Tidak memakan waktu terlalu lama meski hasil PCR merupakan paling baik.

"Sekarang lima menit saja berisiko, strategi yang dipilih bukan hanya efektif, mudah dan cepat. Itu dari sisi kesehatan masyarakat. Karena tujuan, 'nggak bisa nih orang ini bepergian, harus isolasi karantina.'" ujarnya.

"Kalau bicara murah, cepat, dan mudah, dites antigen atau lateral flow test," ujarnya.

Rapid antigen memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Dicky pun mendasarinya pada penelitian dari University College London.

"Berbasis penelitian terakhir, sebulan lalu, dari University College London, bahwa orang memiliki hasil positif rapid antigen, harus dipercaya dia tidak boleh ke mana-mana, atau bergejala, dia isolasi," katanya.

"Hasil riset antigen, ini 80 persen efektif deteksi setiap level infeksi COVID, awal sampai menegah ini. Bahkan lebih efektif, 90 persen efektif ketika sedang infectious, sangat menular," ujarnya.


Sebelumnya, Koordinator PPKM Jawa Bali Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan pemerintah akan kembali mengkaji syarat PCR untuk perjalanan. Hal ini demi menahan mobilitas yang tinggi jelang libur Natal dan tahun baru.

"Kita sedang mengevaluasi apakah nanti penahanan mobilitas penduduk ini akan kita terapkan kembali pelaksanaan dari PCR itu sedang kami kaji."

"Jangan teman-teman berpikir kita ini tidak konsisten tetapi kami menghitung pergerakan manusia dan kenaikan kasus," sambung dia.

Terlebih, saat ini varian Delta Plus disebut Luhut sudah ditemukan di Malaysia. Adapun kasus Corona Delta Plus AY.4.2 diketahui diimpor dari Inggris.

"Ini seperti science dan art jadi memutuskan ini seperti operasi militer kita melihat dengan cermat, jadi jangan ada pikiran kemana-mana ini kok berubah-ubah," sambungnya.

"Kita melihat dengan cermat. Kita melihat perubahan perilaku daripada virus COVID-19 yang sekarang juga indikasi varian delta plus yang ada di Malaysia, semua kita cermati dengan baik, dan itu juga berasal dari UK," pungkas dia.

Halaman 2 dari 2
(aik/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads