Biografi Usmar Ismail, Sutradara Film yang Akan Jadi Pahlawan Nasional

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 04 Nov 2021 16:41 WIB
Biografi Usmar Ismail, Sutradara Film yang Akan Jadi Pahlawan Nasional (Foto: dok. istimewa)
Jakarta -

Usmar Ismail masuk dalam 4 nama tokoh yang akan mendapat gelar Pahlawan Nasional. Dia bersama Tombo Lututu, Sultam Aji Muhammad Idris dan Raden Aria Wangsakara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 109 TK/2021 tentang penganugerahan gelar pahlawan nasional.

Pemberian gelar akan dilakukan di Istana Bogor tepat ketika Hari Pahlawan 10 November 2021 mendatang. Usmar Ismail sendiri mewakili daerah DKI Jakarta.

Lalu siapa sosok Usmar Ismail yang bakal menambah daftar pahlawan nasional? detikcom merangkum informasinya berikut ini.

Profil Usmar Ismail

Melansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, berikut profil Usmar Ismail:

  • Tempat, Tanggal Lahir: Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921
  • Ayah Kandung: Datuk Tumenggung Ismail, guru Sekolah Kedokteran di Padang
  • Ibu Kandung: Siti Fatimah
  • Pendidikan:
    - HIS (Sekolah Dasar) di Batusangkar
    - MULO B (SMP) di Simpang Haru, Padang
    - AMS-A (SMA) di Yogyakarta sampai tahun 1941
    - Sarjana Muda Jurusan Film di University of California, Los Angeles (1953) dari beasiswa Yayasan Rockefeller

Pada 2 Januari 1971 Usmar Ismail meninggal karena stoke. Dia meninggal di usia hampir 50 tahun. Namanya diabadikan untuk sebuah gedung perfilman, yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail yang terletak di daerah Kuningan, Jakarta sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta, Nomor D.III-4835/7/75 tanggal 24 Agustus 1975.

Bakat Sastra Usmar Ismail

Bakat sastra Usmar Ismail telah terlihat sejak sekolah di MULO. Bersama teman-temannya, termasuk Rosihan Anwar, mereka berniat tampil dalam perayaan ulang tahun Putri Mahkota Ratu Wilhelmina di Padang.

Usmar Ismail ingin menyajikan pertunjukan mengesankan hingga rela menyewa perahu dan kostum bajak laut. Sayangnya usaha mereka gagal lantaran baru sampai di Pelabuhan Muara saat matahari tenggelam. Kala itu mereka hampir pingsan karena kelelahan mengayuh perahu ke lokasi pesta. Meski gagal, bakat sutradara Usmar Ismail telah terlihat saat menyiapkan pertunjukan tersebut.

Di Yogyakarta, Usmar Ismail kian menunjukkan bakatnya. Dia aktif dalam kegiatan drama dan bahkan mengirim karangannya ke berbagai majalah.

Bakat tersebut kian terasah setelah Usmar Ismail bekerja di Keimin Bunka Sidosho (Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang). Bersama Armijn Pane dan budayawan lain mereka terlibat proyek pementasan drama.

Bersama kakaknya, El Hakim beserta Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak serta H.B Jassin, Umar Ismail mendirikan kelompok sandiwara 'Maya' pada 1943. Kelompok ini menyajikan sandiwara dengan teknik teater ala Barat, sehingga dianggap sebagai tonggak lahirnya teater modern di Indonesia.

Berikut beberapa pementasan yang dilakukan Maya:

  • Taufan di Atas Asia (El Hakim)
  • Mutiara dari Nusa Laut (Usmar Ismail)
  • Mekar Melati (Usmar Ismail)
  • Liburan Seniman (Usmar Ismail)

Pasca Kemerdekaan, Usmar Ismail melakukan dinas militer dan aktif di dunia jurnalistik. Dia mendirikan surat kabar bernama 'Rakyat' bersama dua rekannya di Jakarta. Kemudian dia pindah ke Jogja dan mendirikan harian 'Patriot' dan bulanan 'Arena',

Usmar Ismail yang bekerja sebagai wartawan politik di kantor berita Antara pernah dipenjara oleh Belanda karena dituduh terlibat kegiatan subversi. Saat itu dirinya meliput perundingan Belanda-RI di Jakarta pada 1948.

Baca selengkapnya soal perjalanan sebagai sutradara seorang Usmar Ismail di halaman selanjutnya.




(izt/imk)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork