Nama Said Aqil Siroj dan Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjadi kandidat terkuat Ketum PBNU menjelang Muktamar Ke-34. Sejumlah warga nahdliyin mulai secara terbuka menyatakan dukungan ke Said Aqil dan Gus Yahya.
Said Aqil
Said Aqil mengaku mendapat dukungan untuk menjadi Ketum PBNU lagi dari sejumlah kiai. Dukungan itu disebut berasal dari kiai-kiai sepuh.
"Pokoknya silakan kompetisi kader-kader NU yang mau maju, silakan maju. Beberapa kiai sepuh, antara lain Tuan Guru Turmudzi Lombok, Kiai Hasan Cirebon, Kiai Muhtadi Banten, meminta kepada saya agar maju lagi, kiai-kiai sepuh dan beberapa teman," ujar Said Aqil setelah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Rabu (6/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski belum secara resmi mendeklarasikan diri maju menjadi Ketum PBNU, Said Aqil menyatakan siap jika banyak diminta oleh sejumlah pihak. Sebagai kader, Said Aqil mengatakan harus selalu siap.
"Kalau banyak permintaan, ya saya siap dong. Yang namanya kader, kalau sudah banyak permintaan, siap. Walaupun sampai sekarang saya belum declare secara resmi, tapi permintaan sudah sangat banyak," ujar Said Aqil.
"Tapi Bapak siap?" tanya wartawan.
"Siap aja, kenapa nggak siap? Kalau untuk NU, siap," jawab Said Aqil.
Said Aqil juga berada di urutan tiga teratas di survei calon Ketum PBNU yang dirilis Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic). Pada posisi pertama muncul nama Ketua PWNU Jawa Timur Marzuki Mustamar, sementara petahana Said Aqil pada posisi ketiga.
Survei ini dilakukan pada 23 Maret-5 April 2021. Basis sampel adalah 1.200 responden dengan margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Sebanyak 30,2 persen total responden berasal dari segmen masyarakat yang merasa memiliki kedekatan dengan NU.
Berikut ini hasil survei itu:
1. KH Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jawa Timur) 24,7%
2. KH Hasan Mutawakkil Alallah 22,2%
3. KH Said Aqil Siroj 14,8%
4. KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha 12,4%
5. KH Yahya Cholil Staquf 3,7%
6. KH Marsyudi Syuhud 1,2%
7. KH Ahmad Fahrur Rozi Burhan 1,2%
8. KH Ali Maschan Moesa 1,2%
9. Tidak Tahu/ Tidak Jawab 18,5%
Direktur Eksekutif Indostrategic Khoirul Umam mengatakan temuan survei itu memang memiliki sejumlah catatan. Dari hasil crosstab (tabulasi silang) asal responden, kata Umam, angka-angka dukungan warga nahdliyin terhadap nama-nama tokoh dalam survei ini dipengaruhi oleh lebih terbukanya dukungan warga nahdliyin dari basis wilayah Jawa Timur.
"Sehingga menempatkan dua nama kiai senior asal Jawa Timur di dua posisi awal, yakni KH Marzuki Mustamar dan KH Hasan Mutawakil Alallah," kata Umam dalam keterangan tertulis, Kamis (7/10/2021).
Umam mengatakan nama Said Aqil masih termasuk populer. Usulan nama Said Aqil juga disebut merata.
"Di sisi lain, nama KH Said Aqil Siroj memang termasuk masih populer dan usulan nama beliau muncul secara merata dari berbagai wilayah. Namun, di sisi lain, munculnya nama-nama baru dengan dukungan warga nahdliyin yang memadai di bursa ini, juga bisa dipengaruhi oleh kuatnya aspirasi regenerasi kepemimpinan, untuk menghadirkan warna NU yang lebih fresh dan dinamis," katanya.
Simak halaman berikutnya tentang Gus Yahya.
Lihat juga Video: Said Aqil Ingatkan Pemerintah Soal Utang yang Menggunung
Gus Yahya
Gus Yahya sudah secara terbuka menyatakan siap maju sebagai calon Ketum PBNU. Dukungan untuk Gus Yahya juga mulai mengalir.
"Ya, saya memang salah satu calon Ketua Umum PBNU," sebut Yahya saat berbincang dengan detikcom, Rabu (6/10).
Pengurus wilayah dan cabang Nahdlatul Ulama se-Sumatera Selatan kompak mendukung Gus Yahya menjadi Ketua Umum PBNU.
"Seluruh PCNU se-Sumsel mendoakan Gus Yahya mudah-mudahan Desember 2021 (saat muktamar NU) menjadi Ketua Umum PBNU," kata Ketua PWNU Sumsel KH Amiruddin Nahrawi dalam keterangannya, Jumat (8/10).
Tak hanya mendukung Gus Yahya, PWNU dan PCNU se-Sumatera Selatan juga mendoakan dan mendukung KH Miftachul Ahyar kembali menjadi Rois Aam PBNU.
"Sekali lagi kita doakan Gus Yahya menjadi Ketum PBNU dan KH Miftachul Ahyar menjadi Rois Aam PBNU. Alfatihah," ujar KH Amiruddin.
Wakil Rois Syuriyah PWNU DKI KH Nusron Wahid, yang langsung hadir ke Palembang, menyatakan, dalam menghadapi disrupsi dakwah dan metamorfosis gerakan, mutlak dibutuhkan regenerasi di dalam kepemimpinan NU mendatang.
"Kita menghadapi adanya bonus demografi. Lahan dakwah kita adalah usia 45 tahun ke bawah, yang membutuhkan tantangan mengenai pola berdakwah secara digital. Ini butuh pikiran yang fresh. Butuh anak muda yang bisa mengayomi dan punya basis pesantren yang kuat, tapi juga mampu menyerap arus perubahan modern," katanya.
"Bahwa NU mendatang mutlak dipimpin yang muda. PBNU memerlukan perubahan kepemimpinan yang lebih fresh," kata Nusron.
Mantan Ketua Umum GP Ansor ini mengatakan peta demografi dunia saat ini didominasi kaum muda sehingga lahan dakwah NU-pun juga di lingkungan anak muda. Selain harus muda dan energik, kepemimpinan PBNU juga harus berbasis pesantren namun tidak ketinggalan dengan dunia modern.
"Setelah dipilah, Gus Yahya ini yang pas. Bahkan kiai sepuh Lirboyo, Ploso, Sidogiri, Madura menjatuhkan pilihan ke Gus Yahya. Saya yakin sudah melalui proses yang tuntas. Selain menggunakan akal, tapi juga menggunakan justifikasi spiritual, yakni jalur istikharah," kata Nusron.