Warga Permata Buana, Cengkareng, Jakarta Barat, Hartono Prasetya alias Toni (64), diduga dipersekusi sejumlah oknum aparat hingga warga. Surat yang dikirim ke Wali Kota Jakarta Barat diduga menjadi pemicu terjadinya persekusi itu.
Surat Toni ke Wali Kota Jakarta Barat itu perihal masalah jalan kompleks di depan rumahnya. Toni meminta Wali Kota Jakarta Barat mengevaluasi masalah portal jalan agar tidak semua kendaraan berlalu lalang di depan rumahnya.
Namun Toni mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Rumahnya didatangi oknum aparat dan warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengacara Toni, Oktavianus Rasubala menyebut kejadian itu tak ubah seperti demo. Pagar rumah Toni dipasangi tulisan "'Usir Toni dari Permata Buana' dan 'Tinggal di Hutan Kalau Mau Sepi dan Tidak Mau Bersosialisasi dengan Tetangga dan Warga'.
Berikut ini rangkuman kasus dugaan persekusi warga Pertama Buana:
Toni Surati Walkot soal Portal Jalan
Oktavianus menduga surat yang dikirim Toni dan beberapa warga lain ke wali kota saat itu menjadi pemicu adanya persekusi. Tidak berselang lama, rumah Toni 'didemo' hingga terjadi pengusiran.
"Apa penyebabnya (persekusi)? Jadi beberapa bulan yang lalu klien saya bersurat ke wali kota perihal, dia merasa kompleks depan rumah dia itu ramai dengan lalu lintas jalan," kata pengacara Toni, Oktavianus Rasubala, saat dihubungi detikcom, Selasa (5/10/2021).
Surat tersebut dikirimkan pada 27 Februari 2021. Dalam surat tersebut, intinya Toni meminta agar portal ditertibkan.
"Dia meminta wali kota tolong lah ditertibkan, apakah mau diportal atau bagian yang lain portal dibuka, supaya akses itu ada alternatif," ujarnya.
Simak di halaman selanjutnya, Toni 'diusir' warga.
Toni 'Diusir' Warga
Setelah mengirimkan surat tersebut, menurut Oktavianus, kliennya dipersekusi. Oknum RT dan sejumlah warga lainnya mendatangi Toni hingga memasang poster pengusiran bertulisan 'Usir Toni dari Permata Buana' dan 'Tinggal di Hutan Kalau Mau Sepi dan Tidak Mau Bersosialisasi dengan Tetangga dan Warga'.
Menurut Oktavianus, perlakuan pelaku terhadap kliennya mirip seperti demo.
"(Toni) di dalam pagar, di pekarangan di rumah, pintu gerbangnya itu digoyang-goyang, kayak demo," ucapnya.
Toni kemudian keluar dan menemui warga bersama RT tersebut. Dalam video yang diterima, seorang petugas saat itu menjelaskan bahwa RT hendak menemui Toni, namun Toni tidak membukakan pintu dan malah masuk ke dalam rumah. Padahal saat itu Toni hendak mengambil kunci pagar rumahnya.
"Klien saya sudah renta, sudah usia, dia pikir kok ramai-ramai mau apa? Mau keluar dia nggak jadi, lagi ngobrol di depan pintu tiba-tiba bergantung poster dua biji 'Usir Toni' pakai kardus gede, 'Usir Toni keluar dari sini, tinggal di hutan'," kata Oktavianus membacakan kembali tulisan di poster.
Baca di halaman selanjutnya oknum RT diduga menggerakkan warga untuk mendatangi rumah Toni.
Pengacara Sebut Oknum RT Gerakkan Warga
Menurut Oktavianus, kejadian ini telah dikonsolidasikan olek oknum RT/RW. Bahkan, menurutnya, oknum tersebut menggerakkan warga untuk datangi rumah Toni via grup WhatsApp.
"Kami temukan WA group para RT/RW mengkonsolidasi massa, ada grupnya itu," kata Oktavianus Rasubala kepada wartawan, Selasa (5/10/2021).
Menurut Oktavianus, oknum RT itu mengajak beberapa warga mendatangi rumah Toni.
"Mengajak orang warga, jadi RT-RT itu kan ada grup WA, mungkin ada beberapa warga kasih tahu klien kami (soal ajakan oknum RT)," katanya.
"Jadi orang-orang yang datang itu dikonsolidasi RT/RW, kasih tahu untuk datang tanggal 26 Februari itu," tuturnya.
Penjelasan Polisi
Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat Kompol Joko Dwi Hartono menjelaskan, pihaknya menerima laporan dari Toni itu pada Maret 2021. Kasus diawali ketika Toni mengeluhkan masalah jalan ke aparat pemerintahan setempat.
"Orangnya komplain karena jalan, kan itu jalan umum kan, terus dia komplain ke RT-RW. Kemudian lapor ke camat, lurah, ke kelurahan terus camat--kalau tidak salah--jadi tokoh utama pejabat setempat datang ke situ," ujar Kompol Joko saat dihubungi wartawan, Selasa (5/10/2021).
Namun, ketika didatangi, menurut Joko, Toni tiak mau keluar dari rumahnya.
"Orangnya nggak mau keluar pas didatangin mau diajak diskusi, ini kenapa komplain kenapa gitu, itu kan emang jalan umum," ucapnya.
Salah satu keluhan Toni adalah jalan di depan rumahnya terlalu bising karena dilintasi kendaraan. Warga ikut datang ke lokasi hingga pagar rumahnya dipasangi 'poster' dari kardus dengan tulisan 'Usir Toni dari Permata Buana' dan 'Tinggal di Hutan Kalau Mau Sepi dan Tidak Mau Bersosialisasi dengan Tetangga dan Warga'.
"(Toni komplain) kenapa kok ini bising, itu kan jalan umum kan. Terus karena dipanggil nggak mau keluar, akhirnya dipasang plang sama warga yang hadir saat itu, bukan plang tapi kardus gitu, itu kayak di gambar," beber Joko.
Sebelas saksi diperiksa terkait kasus tersebut. Sejauh ini polisi belum menemukan adanya unsur pidana.