"Bagaimana dengan pendapatnya AY Nasution ini, memang beliau menghendaki demikian karena beliau yang membuat, saya katakan kalau yang membuat sesepuh terdahulu dan itu merupakan sejarah yang dibuat sesepuhnya terdahulu ya pasti akan saya larang," sambungnya.
Dudung menyebut AY Nasution membuat patung tersebut secara pribadi, bukan kedinasan. Pengambilan patung, kata Dudung, dilakukan pada hari yang sama saat AY Nasution datang. Dudung tidak mempermasalahkan bila nantinya ada patung serupa yang dibuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi karena beliau yang membuat pribadi itupun, bukan secara kedinasan, maka dipersilakan pak saya bilang, kalau kemudian nanti institusi akan buat lagi saya rasa tidak akan masalah. Saya persilakan untuk diambil dan dilaksanakan saat itu juga," tuturnya.
Persoalan patung Soeharto ini mengemuka setelah Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menilai komunisme masuk ke tubuh TNI. Dia mengaitkan hilangnya patung Mayjen Soeharto, Jenderal AH Nasution, dan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo di Museum Dharma Bakti Markas Kostad dengan tudingannya soal komunisme itu.
"Saya mendapat informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir-akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution tapi juga tujuh pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana, dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya," kata Gatot pada acara webinar yang berjudul 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9) lalu.
(rfs/haf)