Saling Lapor Anggota DPRD Tangerang Vs Rekan Bisnis Buntut Penganiayaan

Round-Up

Saling Lapor Anggota DPRD Tangerang Vs Rekan Bisnis Buntut Penganiayaan

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 25 Sep 2021 07:30 WIB
Anggota DPRD Kota Tangerang Epa Emilia klarifikasi soal tuduhan penganiayaan
Anggota DPRD Kota Tangerang Epa Emilia dan sopirnya, Pabuadi (Rakha Arlyanto/detikcom)
Tangerang -

Dugaan penganiayaan anggota DPRD Kota Tangerang Epa Emilia terhadap rekan bisnisnya, Jopie Amir, berbuntut panjang. Epa Emilia juga melaporkan Jopie Amir ke polisi dengan tuduhan penganiayaan.

Kasus ini bermula dari kerja sama pengerjaan interior senilai Rp 250 juta di rumah Epa Emilia. Namun, karena Jopie Amir tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut seperti yang dijanjikan, sehingga membuat Epa Emilia kesal.

Berikut perjalanan kasus tersebut yang membuat Epa Emilia dan Jopie Amir saling lapor:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Epa Emilia Polisikan Balik Pelapor

Epa Emilia dan Jopie Amir sebetulnya sudah menanda tangani kesepakatan damai pada saat kejadian, Minggu (19/9) lalu itu. Namun, belakangan Epa Emilia baru tahu jika Jopie Amir melaporkan dirinya sehingga ia pun melaporkan balik Jopie Amir.

"Tadinya saya menilai perkara sudah selesai karena sudah ada surat pernyataan damai. Ternyata dia bikin laporan. Akhirnya kita pun buat laporan balik, dengan kejadian yang sebenar-benarnya. (Jopie Amir) telah membuat laporan yang sudah direkayasa," kata Epa saat konferensi pers di Neglasari, Cipondoh, Kota Tangerang, Kamis (23/9/2021).

ADVERTISEMENT

Laporan Epa Emilia tertuang pada tanda bukti laporan bernomor : LP/B/1046/IX/2021/SPKT/Polres Metro Tangerang Kota/Polda Metro Jaya. Epa Emilia melaporkan Jopie Amir atas dugaan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

"(Saya) visum di RSUD Kab Tangerang. (Laporan terkait) penganiayaan ya, Pasal 351 KUHP. Untuk selanjutnya saya menyerahkan pada pihak hukum," terang Epa.

Terlibat Kerja Sama

Epa Emilia menjelaskan awalnya dia dikenalkan pada Jopie Amir oleh seseorang bernama Alexander, yang juga disebutnya anak buah Jopie Amir. Jopie Amir saat itu mengaku sebagai pemilik PT CAP, yang bergerak di bidang properti.

"Terbangunlah kesepakatan sehingga terbitlah surat perjanjian pinjaman. Saya bercerita itu bukan hal mengada-ada ya, jadi ini dari awal nih saya jelaskan. Jadi mereka itu... saya punya ini identitasnya jajaran para direksinya," katanya.

Epa Emilia mengaku punya bukti hitam di atas putih kerja sama dalam sebuah surat kesepakatan dengan nomor 021/CL-KR/01/2021. Dalam kesepakatan tersebut, Jopie Amir dkk menjaminkan sertifikat sebidang tanah SHM atas nama Muhammad Idup bin Inang. Saat itu Epa Emilia meminjamkan uang Rp 1 miliar.

Jopie Amir juga menawarkan pemasangan interior senilai Rp 250 juta kepada Epa Emilia. Namun pemasangan interior ini tidak selesai seperti yang dijanjikan, padahal Epa Emilia sudah mentrasfer uang Rp 225 juta kepada Jopie Amir.

Inilai yang menjadi pangkal mula Epa Emlia dan sopirnya, Pabuadi, dilaporkan atas dugaan penganiayaan. Epa Emilia dan Pabuadi diduga menganiaya Jopie Amir ketika menagih kejelasan pekerjaan interior tersebut.

Lihat juga video 'Cemburu Buta, Pria di Pangandaran Aniaya Kawan Baru Hingga Tewas':

[Gambas:Video 20detik]



Baca di halaman selanjutnya, soal penganiayaan versi Epa Emilia dan pelapor


Epa Emilia Jelaskan Kronologi Penganiayaan

Pekerjaan pemasangan interior itu seharusnya selesai pada Juni 2021. Namun hingga September, belum ada sehelai batang pun pekerjaan interior yang menempel di rumah Epa Emilia.

"Pembayaran yang sudah saya lakukan sudah 90 persen senilai Rp 225 juta, jadi sisanya Rp 25 juta sebagai garansi jika pemasangan interior sudah selesai. Karena waktunya itu 90 hari atau dari transfer tanggal 1 Februari, setelah bulan Juli kita hitung dari Februari, sudah 5 bulan belum sehelai batang kayu pun tertempel di rumah saya," terang Epa.

Pada Juli 2021, Epa Emilia sempat menanyakan pengerjaan interior rumah tersebut. Hingga berbulan-bulan sampai September, ternyata belum ada pemasangan interior rumahnya.

"Hingga memutuskan untuk mencari lokasi pembuatan. Setelah ditemukan, lokasi pembuatan dengan saya jumpa Alexander. Saya ditunjukkan beberapa potong kayu PVC yang menurutnya untuk interior rumah saya. Saya tanyakan, berapa lagi, berapa nilai uang yang sudah dikirim Jopie Amir kepada Saudara Alex pembuat interior? Dengan jawabannya itu lantang Rp 125 juta. Di lokasi kedua saya tanyakan di workshop-nya jawabannya sama Rp 125 juta. Di lokasi ketiga di rumah kediaman pribadinya yang sudah dilabel akan dijual jawabannya sama Rp 125 juta," bebernya.

"Setelah saya tanya lagi, ternyata itu dia mengontrak rumahnya. Saya tanya (ke Alexander), kalau sudah terima Rp 125 juta, berapa lagi kebutuhannya agar terpasang di rumah saya? Beliau (Alexander) menjawab butuh dana lagi Rp 90 juta. Sedangkan saya sudah membayar Rp 225 juta, tapi yang sampai kepada saudara pembuat furnitur itu Rp 125 juta," tambahnya.

Epa Emilia akhirnya bertemu dengan Jopie Amir di rumah kontrakan Jopie Amir di Neglasari, Tangerang. Epa Emilia kemudian meminta Jopie Amir menyerahkan bukti transfer uang ke pihak ketiga yang mengerjakan pemasangan interior.

"Setelah saya berjumpa dengan Jopie, dia mengaku (transfer ke pembuat interior) Rp 175 juta, jadi saya ingin (dia) mengaku bukti transfer, tolong tunjukkan bukti transfernya," katanya.

Terjadi Kontak Fisik

Saat itu Epa Emilia hendak melihat ponsel Jopie Amir untuk mencari tahu bukti transfer, sehingga terjadi tarik-menarik dengan Jopie Amir.

"Akhirnya terjadilah perdebatan hingga terjadi rebutan HP, tarik-menarik, tangan saya terpelintir sampai saat ini pun masih sakit. Hingga menjerit kesakitan, masuklah Pabuadi untuk melerai. Pabuadi berteriak 'tolong lepaskan', namun Pabuadi dihadang dan dipegangi oleh anak buah Jopie Amier beramai-ramai di TKP," ungkapnya.

Saat itulah terjadi baku pukul antara Pabuadi dan Jopie Amir. Epa mengakui Pabuadi memukul Jopie Amir dengan pistol.

"Hingga Pabuadi meronta dan terjadilah baku hantam saat itu. Saat itulah Pabuadi mengeluarkan pistol mainan yang dipukulkan secara refleks mengenai kepala Jopie yang sedang memelintir tangan saya. Kemudian Jopie melepaskan pelintiran dan bilang, 'Ini kita hanya salah paham, Bang. Marilah berdamai secara kekeluargaan.' Lalu dibuatlah surat pernyataan damai karena ini adalah suatu kesalahpahaman, surat pernyataan damainya ini sudah dibuat," jelasnya.

Epa Emilia mengira persoalan selesai sampai di situ. Namun rupanya, Jopie melaporkan dirinya dan Pabuadi, sopirnya, ke polisi atas tuduhan pengeroyokan.

Epa Emilia merasa Jopie Amir merekayasa kronologi kejadian saat buat laporan di kepolisian. Epa Emilia kemudian melaporkan balik Jopie Amir ke polisi.


Baca di halaman selanjutnya, kronologi penganiayaan versi pelapor

Kronologi Penganiayaan Versi Pelapor


Jopie Amir menjelaskan peristiwa itu terjadi pada Minggu (19/9). Awalnya, Jopie Amir diajak oleh temannya untuk menemui Pabuadi.

"Jadi begini, jam 18.00 WIB hari Minggu rekan kerja saya dikumpulkan bertiga untuk dipanggil Pabuadi untuk ketemu. Rekan saya ini habis Magrib datang ke rumah, 'Pak, saya dipanggil Pabuadi untuk menghadap Bu Epa, tapi Bapak nggak boleh tahu' katanya," ujar Jopie saat dihubungi wartawan, Jumat (24/9/2021).

Setelah pertemuan itu, kedua rekan Jopie bersama Epa Emilia dan Pabuadi mendatangi rumah Jopie. Jopie pun menemui Epa Emilia di kediamannya, namun tanpa sebab yang jelas Epa Emilia malah merebut ponsel Jopie.

"Ndak lama, jam 9 malam lewat ibu itu datang ke rumah saya bersama rekan saya dua orang, Epa sama Pabuadi. Epa masuk, kebetulan saya ada tamu di lantai dua," ucap Jopie.

"Ditangkisnya tangan saya, 'Nggak perlu salam-salam' katanya, 'sini HP'. Langsung tangannya megang HP. Saya nggak lepaskan dong, ada apa Bu?" ceritanya.

Jopie saat itu berusaha tidak memberikan ponsel miliknya kepada Epa. Namun, begitu dirinya terjatuh setelah didorong Epa, Pabuadi datang dan ikut memukuli Jopie.

"Saya juga nggak tahu (alasan dirinya didorong Epa), bicara baik-baik, terus saya nggak kasih HP. Terus saya didorongnya. Saat didorongnya, dia pegang HP saya, datang Pabuadi meninju pipi kanan saya. Terus pas sudah didorong Bu Epa, saya dipukul-pukul juga kiri-kanan muka saya ditampar-tampar. Datang juga Pabuadi dari ruang sebelah langsung meninju pipi kanan saya," ungkap Jopie.

Pabuadi Acungkan Pistol

Jopie Amir mengaku kala itu tidak sedikit pun memberikan perlawanan. Tidak lama kemudian, menurutnya, Pabuadi mengeluarkan pistol dan mengokangnya.

"Pabuadi mengeluarkan pistol sampai dikokang bunyi. Dihadang rekan saya Pabuadi, 'Jangan... jangan' kata rekan saya. Tapi ditendang rekan saya itu. Pabuadi pistolnya itu diacungkan ke atas," ucapnya.

Jopie terjatuh di bawah meja dan kembali dianiaya Pabuadi. Setelahnya, Pabuadi menghantam kepala Jopie dengan menggunakan gagang senpi hingga bocor.

"Pabuadi melompat ke meja, dikatupnya leher saya dengan satu tangannya. Tangan yang lain menghantam ke bawah, kaya palu," kata Jopie.

"Iya (dipukul pakai pistol). Setelah tinju saya, mengeluarkan pistol, terus dikatupnya leher saya. Tembok dihantamnya saya pakai pistol. Sampai robek 4, bahkan darahnya nyemprot," imbuhnya.

Menurut Jopie, saat itu Epa Emilia masih dalam keadaan marah. Menurutnya, Epa Emilia juga mencari pisau hendak menusuknya.

"Setelah itu Epa masih ngomel-ngomel 'pisau mana... pisau mana?', saya dengar. Pabuadi di pinggir jalan, rekan saya yang lihat pisaunya, tapi nggak jadi Epa malah mau ambil pipa paralon air, itu diambil mau ditusuk ke mata saya sambil megang leher saya," tutur Jopie.

Setelah kejadian tersebut, mulanya Jopie berniat mengobati luka-lukanya secara mandiri ke puskesmas. Namun Epa Emilia menahannya dan malah menyodorkan surat pernyataan damai.

"Saya mau berobat, ditahan, jangan pergi, tunggu, hampir 1 jam. Baru berangkat karena rupanya sibuk cari meterai karena udah malam, terus disodorkan surat damai," terang Jopie.

Dalam keadaan tertekan, Jopie Amir kemudian menandatangani surat pernyataan damai itu. Tetapi belakangan ia melaporkan Epa Emilia ke polisi.

Halaman 2 dari 3
(mea/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads