Keluarga Ungkap Kronologi Dokter di Sulsel Meninggal Usai Vaksin Booster

Hermawan Mappiwali - detikNews
Sabtu, 28 Agu 2021 10:56 WIB
Foto: Ilustrasi vaksin. (dok Kaspersky)
Makassar -

Pihak keluarga mengungkap kronologi dokter Andi Yuwardani Makmur meninggal setelah mendapat suntikan vaksin ketiga atau booster di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kronologi tersebut diberikan karena pihak keluarga merasa perlu menyampaikan urutan kejadian secara utuh.

Pihak keluarga mengungkapkan pada Senin (16/8) atau empat hari sebelum disuntik vaksin booster, Yuwardani disebut memang merasa kurang sehat. Tak disebut lebih lanjut detail kabar kurang sehat itu. Tapi Yuwardani sampai izin tidak masuk bekerja di RSUD Andi Sultan Daeng Radja atas kondisinya tersebut.

"Sebelum kejadian, Senin (16/8), almarhumah izin tidak ke rumah sakit karena lagi kurang sehat," kata adik kandung korban yang juga perwakilan keluarga, A Suswani, kepada detikcom, Sabtu (28/8/2021).

Tiga hari berikutnya, Kamis (19/8), sang dokter sempat kembali masuk bekerja di rumah sakit. Dijelaskan pula Yuwardani cepat pulang daripada biasanya karena kembali merasa kurang enak badan.

"Sempat masuk poli, tapi cepat pulang karena kurang enak badan," kata Suswani.

Kemudian pada keesokan harinya, Jumat (20/8), Yuwardani kembali masuk ke rumah sakit untuk vaksin booster. Yuwardani disebut dua kali ditensi. Tensi pertama 187 mmHg, kemudian ia istirahat sejenak, dan ditensi kembali 176 mmHg.

Karena kondisi ini, Yuwardani sempat disarankan menunda vaksin karena dia mengalami tekanan darah tinggi. Namun, pada akhirnya, Yuwardani tetap memilih untuk disuntik vaksin booster.

"Sepulang kantor di hari Jumat, sempat bertemu saudaranya dan mengabarkan hari ini sudah vaksin," kata Suswani.

Kemudian pada keesokan harinya, Sabtu (21/8) pagi, Yuwardani tetap beraktivitas dengan pergi ke rumah sakit di Jeneponto untuk poli dan melayani 40 pasien pada hari itu.

"Sabtu malamnya sempat menyampaikan di grup saudara, kalau almarhumah tidak demam, tapi perasaannya tidak enak. Tapi pesan-pesan almarhumah untuk kami saudaranya di Sabtu malam itu sangat banyak," ungkap Suswani.

Kemudian pada Minggu (22/8) pagi, Yuwardani sempat ditanya kondisinya dan dia merasa baik. Yuwardani kemudian melanjutkan aktivitas mencuci baju sambil berbincang dengan ibunya. Saat itulah sang dokter tiba-tiba pingsan hingga dinyatakan meninggal.

Terkait tensi darah tinggi, Suswani menyebut Yuwardani memang memiliki penyakit penyerta (komorbid) berupa hipertensi.

"Almarhumah memang ada komorbid, sejak dulu tensi selalu di atas 140 mmHg," katanya.

Simak pengakuan keluarga ikhlas dan minta masyarakat tak berpolemik di halaman selanjutnya.

Lihat juga Video: Efek Domino yang Timbul Jika Vaksin Booster Tak Tepat Sasaran






(hmw/aud)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork