Nigeria menarik duta besarnya dari Indonesia imbas keributan antara petugas Imigrasi Indonesia dan diplomat Nigeria. Nigeria diketahui telah menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia sejak puluhan tahun lalu.
Dikutip dari 'Kerjasama Bilateral Indonesia dan Nigeria dalam Bidang Minyak' yang ditulis oleh Debora Stephanie, hubungan RI dengan Nigeria sudah berlangsung sejak 1965 yang ditandai dengan pembukaan hubungan diplomatik sekaligus pembukaan Kedutaan Besar RI di Lagos. Kemudian pindah ke ibu kota yang baru di Abuja pada 2008.
Hubungan kedua negara ini semakin erat dengan pembukaan Kedutaan Besar Nigeria di Jakarta pada 1976.
Selanjutnya, pada 2001, presiden saat itu, Abdurrahman Wahid, melakukan kunjungan ke Nigeria. Kunjungan tersebut sebagai bentuk usaha peningkatan kerja sama ekonomi Indonesia dengan Nigeria yang sekaligus menjadi lawatannya pada KTT D8 di Qatar.
Nigeria, yang sejak 1974 yang menjadi produsen minyak terbesar ke-6 di dunia, serta memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar Amerika Serikat dalam sektor migas dengan menjadi produsen minyak bumi kedua setelah Arab Saudi, dianggap dapat memberikan keuntungan terhadap perekonomian Indonesia.
Hubungan kedua negara pun terus terjalin. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pernah melakukan pertemuan kenegaraan dengan Presiden Nigeria HE Olusegun Obasanjo pada pertemuan KTT D-8 pada 12 Mei 2006 di Bali. Kedua pemimpin tersebut sepakat dan berkomitmen untuk menjalin hubungan kerja sama di bidang energi, khususnya minyak.
Lalu pada 2-3 Februari 2013, terjadi Misi Dagang Indonesia ke Nigeria yang dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Kementerian Luar Negeri beserta Duta Besar RI untuk Nigeria.
Ternyata hubungan kedua negara terus berlanjut di era Presiden Jokowi. Nigeria merupakan negara mitra perdagangan terbesar Indonesia di kawasan Afrika Sub-Sahara dengan perdagangan kedua negara mencapai USD 1,5 miliar pada 2016.
Nigeria juga merupakan destinasi utama investasi Indonesia di Afrika dengan terdapat sekitar 14 perusahaan Indonesia yang berinvestasi di negara tersebut. Berbagai produk buatan perusahaan Indonesia, seperti mi instan, ban radial, beserta produk farmasi dan herbal, sangat dikenal di Nigeria. Bahkan laporan Kantar WorldPanel pada 2017 menyebut Indomie menjadi salah satu merek terfavorit di sana. Kedua negara pun saling membutuhkan.
Simak Video: Kemenkum HAM Sebut Diplomat Nigeria dan Imigrasi Sudah Berdamai
(rdp/tor)