Salah satu jembatan bambu di permukiman warga Jalan Swadaya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, direnovasi oleh Dinas Bina Marga DKI Jakarta menjadi jembatan beton. Warga sekitar jembatan mengaku sudah tak khawatir lagi karena jembatannya sudah tampak kokoh.
Jembatan dengan panjang 12,7 meter dan lebar 1 meter ini menjadi penghubung antarpermukiman di Jl Sang Timur dan Jl Swadaya, Kebon Jeruk. Jembatan ini sebelumnya dibangun dengan bambu dan kayu, tetapi kini sudah direnovasi menjadi jembatan beton.
Salah satu warga berkediaman di depan Jembatan, Sri (55), mengaku sudah lebih tenang, tidak waswas lagi, karena jembatannya sudah tampak kuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Lewat juga nggak perlu takut, kalau dulu kan kalau mau lewat kadang-kadang mikir dulu, ah mau mutar jauh, mau lewat sini (jembatan) takut gitu, jadi kan repot kan, kalau sekarang kan keker jadi tidak ragu-ragu lagi," kata Sri saat ditemui detikcom di lokasi, Senin (2/8/2021).
Saat jembatannya terbuat dari bambu, warga sekitar tak jarang terjatuh. Terlebih anak-anak kecil, kata Sri, sering melewati jembatan sehingga warga sekitar takut terjadi sesuatu karena jembatan di Kebon Jeruk itu, dulu tidak kuat hanya terbuat dari bambu dan kayu.
"Alhamdulillah sih ya jadi nggak waswas gitu, kalau biasanya kan dulu kan bambu reyot gitu kalau anak-anak lewat saja kadang kita yang tua ngelihatnya gimana sih takut saja gitu lho, takut anak jatuh, sudah sering ada yang ini juga kepleset apa jatuh, cuma nggak jatuh nyemplung ke sana, nggak, tapi keperosot kayaknya kakinya satu," ujar Sri
Kejadian warga yang terpeleset hingga jatuh pun, kata Sri, syukurnya tidak sampai ke kali, tetapi hanya kakinya tersangkut di antara bambu-bambunya.
"Iya, cuma kalau lewat ramai-ramai nggak berani karena kan goyang, jadi kalau misalnya kadang-kadang ibu-ibu nyebrang ke sana kalau ada keperluan ke sana (Jl Swadaya), yang sering kan dari sana ke sini, itu waswas gitu, kalau sekarang ya alhamdulillah sudah keker," ucap Sri.
![]() |
Kejadian warga terjatuh saat jembatan masih menjadi bambu pun diceritakan warga lainnya di lokasi. Suniato (45) mengatakan pernah ada warga yang jatuh dari jembatan bambu dan hanyut masuk ke kali. Untungnya, warga itu tak terbawa arus karena terjatuh di pinggir jembatan.
"Waktu itu pernah sempat apa sih hanyut ya pas nyebrang, untungnya nggak di tengah sih, di pinggir. Terus ada yang lihat ya senggak-nggaknya ditolonglah, takutnya anak kecil yang lewat kita nggak tahu gitu kan, ini sudah jadi (beton), ada bagusnya," ujar Suniato.
Suniarto mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membangun jembatan beton ini. Menurutnya, jembatan beton ini membantu warga sekitar dan membuat warga tak khawatir lagi jatuh karena sudah tidak terbuat dari bambu.
"Memang di sini ramai ya, memang itu kan fasilitas umum, bukan kita pribadi gitu. Kalau di sini alhamdulillahnya kebantu karena adanya jembatan ini, kita ya terima kasih dari mana yang kita bantu, yang bantu kita warga sini ya kita ucapkan terima kasih, ngucapin terima kasih karena mungkin bukan saya pribadi ya mungkin masyarakat sini banyak yang biasanya jembatan bambu nih kadang kakinya inilah yang intinya kalau orang jawa apa sih keblowok, bahasa Indonesia-nya apa tuh, iya kan," jelas Suniato.
Salah satu anak di dekat lokasi, Alfino (10), mengaku demikian. Ia bercerita pernah melewati jembatannya saat masih bambu dan terjungkal hampir jatuh.
"Pernahnya paling kepleset cuman gini, terus berdiri lagi, terus bambunya sering kadang-kadang patah," ujar Alfino.
Melihat jembatannya dibangun dengan beton, Alfino merasa senang serta aman dan tidak takut jatuh lagi.
"Kalau yang bambu soalnya kepleset-pleset, kayak kurang enak," kata Alfino.
Sebelumnya diberitakan, saat jembatan masih terbuat dari bambu, warga sekitar merasa takut melintasi jembatan itu. Jembatan itu tak kuat, sering goyang, dan tak disertai pegangan sisi kanan dan kiri yang kuat. Saat itu, jembatan diikat menggunakan kawat besi tanpa ada pegangan di sisi jembatan.
"Kalau lewat situ banyak ibu-ibu yang takut naik, karena goyang-goyang. Kadang ada anak-anak yang badung juga lewat situ goyang-goyang kan bahaya," kata salah satu warga sekitar jembatan, Nondol (59), kepada detikcom saat diwawancarai, Selasa (8/6/2021).
Salah satu warga, Fauzi (60), mengaku anaknya pernah jatuh ke sungai saat melintasi jembatan bambu itu. Saking mengkhawatirkannya kondisi jembatan, Fauzi menambahkan warga sekitar ada yang merangkak saat melintasi jembatan itu.
Jembatan Terbuat dari Beton dan Besi
Koordinator Proyek dari Suku Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Endang, mengungkapkan jembatannya rampung pada Minggu (4/7/2021). Renovasi jembatan menjadi jembatan beton pun diakuinya tanpa kendala.
"Bahan bahan material yang digunakan besi 12 cmΒ², besi 10 cmΒ², wiremesh, bondex, beton cor," kata Endang, ketika dihubungi detikcom, Senin (2/8).
Endang mengatakan awalnya jembatan itu sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat setempat dan tidak layak dilewati warga.
"Jembatan yang terbuat dari bambu atau kayu itu sudah tidak layak di lewati pengguna untuk menyeberang. Namun setelah diperbaiki atau renovasi, Alhamdulillah masyarakat yang ingin menyeberang tidak khawatir lagi. Dan mudah-mudahan bermanfaat bagi masyarakat/pengguna jembatan tersebut," ujar Endang.
Mengenai pegangannya, Endang menjelaskan itu terbuat dari besi dengan ketinggian pegangan jembatan sebesar 90 cm. Jarak pegangan railing jembatan dari pegangan atas ke pegangan bawah, lanjut Endang, 45 cm. Dicat berwarna kuning-hitam seperti warna garis polisi disesuaikan dengan kostum Dinas Bina Marga.
"Seperti kostum Dinas Bina Marga sudah menjadi lambang pekerjaan kami. Tetapi apabila dari pihak warga setempat mau melestarikan jembatan tersebut atau merawat jembatan itu, tidak apa-apa, mau diganti warna juga terserah warga yang merawatnya." jelas Endang.
Mengenai biaya renovasi jembatan beton ini, Endang mengaku hanya mengambil bahan-bahan yang sudah tersedia di kantornya. "Kalau masalah dana dan biaya saya kurang tahu... saya hanya bertugas di lapangan aja dan masalah bahan yang dipergunakan yang ada di gudang saja," kata Endang.