Ahli virologi dari Universitas Udayana (Unud), Bali I Gusti Ngurah Kade Mahardika, mengusulkan agar pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat diperlama dengan perbaikan. Sektor usaha diberikan untuk tetap berjualan.
"Apakah PPKM darurat perlu diperpanjang? Diperlama iya. Saya lihat ini perlu diperlama, hanya perlu diperbaiki," kata Ngurah Mahardika kepada wartawan secara virtual, Selasa (20/7/2021).
Ngurah Mahardika mengaku bahwa dirinya telah mengamati beberapa tempat selama PPKM darurat dan masih ditemukan adanya kerumunan. Tapi di media sosial banyak usaha yang ditangkap dan dibawa ke kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
"Dari media sosial kita lihat ada yang usahanya ditangkep dibawa ke kantor Satpol PP, itu tidak manusiawi. Kerumunannya itu yang dicegah, kemudian orang berusaha semestinya diizinkan, apalagi yang esensial," terangnya.
Selain itu, Ngurah Mahardika mengusulkan agar dalam PPKM darurat terdapat mekanisme pelaporan dari masyarakat. Dengan begitu, masyarakat bisa ikut melapor kalau ada kerumunan. Laporan dari masyarakat harus bisa segera ditindaklanjuti oleh tingkat desa atau kabupaten.
"Jadi segera ditindaklanjuti saat itu agar kerumunannya bisa dihindari dan yang punya tokonya atau pemilik diberi peringatan. Kalau tidak kemudian tiga kali peringatan barangkali ditutup sementara. Jadi ada mekanisme pelaporan publik atau hotline untuk kemudian yang mesti harus disikapi," kata dia.
Ngurah Mahardika menjelaskan PPKM darurat sebagai salah satu strategi dari pemerintah untuk mengerem laju kasus atau virus. Di samping itu, pemerintah juga terus mempercepat laju vaksinasi bagi masyarakat.
"Kita mempunyai 140 juta dosis vaksin di Indonesia mestinya itu sudah cukup untuk 70 juta (orang). Tapi 70 juta (masyarakat yang tervaksin) masih jauh dari cukup, baru hanya seperempat, baru hanya 25 persen penduduk Indonesia yang tersedia untuk vaksin. Memang vaksin ini barang langka," paparnya.
"Nampaknya ini (PPKM darurat) strategi pemerintah untuk mengerem laju virus (Corona), laju penularan, sementara kemudian vaksin bisa diakselerasi," kata dia.
Meski demikian, Ngurah Mahardika mengkritik adanya kerumunan di lokasi vaksinasi. Dia meminta para pelaksana vaksinasi bisa memperhatikan kondisi tersebut. Jika kerumunan tetap terjadi, bisa saja terjadi klaster vaksin. Bila kondisi itu terjadi, akan sangat memalukan.
"Jadi sudah tahu ini (virus) menular lewat kerumunan. Karena vaksin itu bekerja paling tidak paling cepat tujuh haru setelah divaksin. Selama tujuh hari itu kosong, masih bisa tertular, masih menularkan ke orang lain. Sehingga transmisi akan semakin luas," paparnya.
Simak juga Video: Jokowi Akan Longgarkan Pembatasan Jika Syarat Ini Terpenuhi
(jbr/jbr)