Banyak teroris dan terduga teroris pernah merasakan bangku perguruan tinggi. Kuliah di jurusan apa mereka-mereka ini?
Terbaru, Rabu (16/6/2021), ada terduga teroris berinisial KDW yang ditangkap di Bogor. Dia juga mengenyam pendidikan kuliah.
Sedikit menengok ke dua tahun lalu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pernah menyebut 23,4 persen mahasiswa terpapar radikalisme dan setuju pembentukan negara khilafah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2015, pihak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan rekrutmen terorisme menyasar kalangan anak muda dan mahasiswa. Tujuh tahun lalu, BNPT juga pernah mendeteksi gerakan terorisme di lingkungan perguruan tinggi.
Berdasarkan catatan pemberitaan detikcom, sejumlah teroris memang tercatat sempat mengenyam pendidikan perguruan tinggi, ada yang lulus dan ada yang tidak. Mereka berasal dari berbagai jurusan, termasuk jurusan komputer, elektronika, bahasa, hingga ilmu sosial. Berikut adalah sejumlah teroris dengan catatan jejak pendidikan perguruan tingginya:
Teroris dan jejak pendidikan perguruan tingginya:
1. KDW ditangkap di Bogor: alumni MIPA UI
KDW, usia 30 tahun, adalah terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Bogor, Jawa Barat, Senin (15/6) malam. Dia diketahui merupakan alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia (UI). Hal ini dibenarkan oleh pihak UI.
"Ya. Yang bersangkutan (KDW) alumni Kimia FMIPA UI," ujar Kepala Biro Humas dan KIP UI Amelita Lusia saat dimintai konfirmasi, Rabu (16/6/2021).
Menurut keterangan Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono, KDW adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan berperan sebagai penyedia bahan baku untuk bom.
"Peran tersangka KDW ini yang mempersiapkan bahan-bahan kimia yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuat bom," kata Brigjen Rusdi.
2. Zakiah Aini penyerang Mabes Polri: DO Fakultas Ekonomi
Teroris yang melakukan serangan ke Mabes Polri pada 31 Maret 2021, Zakiah Aini (26), juga sempat mengenyam bangku perkuliahan. Perempuan kelahiran 1995 itu sempat kuliah di Universitas Gunadarma, namun drop out (DO) sejak semester V.
"Saudari berinisial ZA memang benar pernah kuliah di Gunadarma," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma Prof Irwan Bastian dalam jumpa pers di kampus Gunadarma Depok, seperti dilihat detikcom melalui siaran di YouTube, 1 April 2021.
Semasa kuliah, dia menjadi mahasiswa S1 angkatan 2013 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Dia hanya aktif di tiga semester pertama. Indeks prestasi kumulatif (IPK) dia mencapai 3,2 dan 3,1. Usai semester V, dia tidak aktif kuliah. Otomatis, Zakiah kena DO.
![]() |
3. Tiga teroris alumni FISIP Unri
Pada 2 Juni 2018, Densus 88 menangkap tiga teroris di kampus Universitas Riau (Unri). Semua yang ditangkap adalah alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unri yang 'bersarang' di markas mahasiswa pencinta alam.
"Yang terduga teroris ini kebetulan alumni dari UNRI. Mulai dari (alumni) tahun 2002, 2004, dan 2005. Saat ini ketiga terduga sudah kita amankan. Barang bukti lainnya ada dua busur panah dengan delapan anak panah dan senjata angin yang berhasil kita kumpulkan dari hasil penggerebekan itu," kata Kapolda Riau saat itu, Irjen Nandang, 2 Juni 2018.
Teroris yang ditangkap adalah inisial MNZ (33), RB alias D (34), dan OS alias K(32). Mereka terkait jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Aman Abdurrahman. Ada empat bom yang siap diledakkan yang diamankan polisi. Serbuk-serbuk perakit bom juga ada. Bom dirakit di gelanggang mahasiswa area FISIP Unri. Mereka mampu merakit bom TATP (triaceton triperoxide) yang dijuluki 'mother of satan'.
"Diduga menyerukan amaliyah atau penyerangan terhadap kantor-kantor DPR RI dan DPRD," kata Kadiv Humas Polri saat itu, Irjen Setyo Wasisto, 3 Juni 2018.
Selanjutnya, Bahrun Naim hingga Khafid Fathoni:
4. Khafid Fathoni, kuliah ekonomi IAIN Surakarta
Mahasiswa semester IX IAIN Surakarta bernama Khafid Fathoni (KF) ditangkap Densus 88/Antiteror Polri pada 11 Desember 2016. Saat itu, Khafid berusia 22 tahun dan tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta.
"Namun, apabila memang nanti dia (Fathoni) terbukti terlibat terorisme, kami akan segera mengambil langkah untuk memberhentikan statusnya sebagai mahasiswa di IAIN Surakarta ini. Karena itu termasuk kesalahan berat, terkait tindakan makar terhadap negara," ujar Syamsul, 13 Desember 2016.
Khalid ditangkap di rumahnya, Widodoaren, Ngawi, Jawa Timur. Dia diduga terlibat rencana aksi pengeboman bersama para terduga teroris yang ditangkap di Bekasi, Karanganyar, Klaten, dan beberapa tempat lainnya. Singkatnya, Khalid ini adalah jaringan kelompok teroris Bekasi, memiliki peran sebagai salah satu perakit bom panci.
5. Anton di Sidoarjo: tak lulus D3 Elektro ITS
Pada 14 Mei 2018, Densus 88 menggerebek satu hunian di Rusunawa Wonocolo kawasan Sidoarjo. Di situ, teroris bernama Anton Ferdiantono tinggal bersama keluarganya.
Anton meledakkan bomnya, istri dan anak tertua meninggal. Tiga anak lainnya selamat meski dua di antaranya luka-luka.
Rektor ITS saat itu, Joni Hermana, menjelaskan Anton Ferdiantono merupakan mahasiswa D3 Teknik Elektro angkatan 1991, namun Anton tidak rampung kuliah.
"Cuma setahun Anton Ferdiantono menjadi mahasiswa, kemudian statusnya tidak diketahui lagi. Tentunya hal ini berarti beliau ini tidak bisa dikatakan alumni ITS," tegas Joni kala itu.
6. Budi Satrio: alumni Teknik Kimia ITS
Budi Satrio tewas ditembak Tim Densus 88 di Perum Puri Maharani, 14 Mei 2018, karena melakukan perlawanan. Terduga teroris itu adalah alumni ITS. Dia merupakan jaringan Dita Oeprianto, pelaku bom gereja di Surabaya, termasuk kelompok JAD Surabaya.
Pada 15 Mei 2018, Rektor ITS saat itu, Joni Hermanta, menjelaskan Budi adalah alumni kampusnya. Dia pernah menjadi mahasiswa Teknik Kimia angkatan 1988 dan lulus pada 1996.
"Kalau yang ini bisa menyelesaikan kuliahnya pada 1996 dan sama seperti mahasiswa normal," ungkap Joni.
7. Tiger: mahasiswa bahasa Arab
Yanto alias Yede alias Tiger adalah teroris kelompok jaringan Abu Wardah alias Santoso. Dia adalah pembuka jalur atau ahli kompas kelompok Santoso. Diberitakan detikcom, Tiger tewas dalam baku tembak dengan Tim Satgas Tinombala pada 22 Maret 2016.
Sebelum tewas, mahasiswa fakultas bahasa Arab di sebuah perguruan tinggi di Makassar ini juga telah mengikuti amaliyah di jaringan Santoso. Di antaranya ikut terlibat dalam pembunuhan 3 warga di Taunca pada 16 Januari 2015 dan 3 warga Sausu pada 16-17 September 2015.
Tiger baru bergabung dengan kelompok Santoso pada Desember 2014. Sejak bergabung, warga asal Bima, NTB, ini digembleng dengan sejumlah tadrib (pelatihan militer).
8. Bahrun Naim: alumni D3 Ilmu Komputer UNS
Bahrun Naim, teroris ISIS yang dikabarkan tewas lewat serangan drone Amerika Serikat pada Juli 2018, juga pernah mengenyam bangku kuliah.
"Dia dulu memang mahasiswa di sini, menempuh strata pendidikan D-3 Jurusan Ilmu Komputer. Masuk kuliah pada 2002 dan lulus pada 2005 dengan gelar ahli madya," ujar Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan F-MIPA UNS, Sugiarto, 15 Januari 2016.
Baca juga: Menelusuri Jejak Bahrun Naim di FMIPA UNS |
Bahkan dia pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Namun, menurut Sugiarto, Bahrun Naim tidak ikut dalam kegiatan kerohanian Islam.
![]() |
Tito Karnavian saat menjadi Kapolri pernah mengungkap Bahrun Naim adalah penghubung antara elite ISIS dan kelompok yang ada di Indonesia. Bahrun Naim disebut polisi terlibat dalam berbagai aksi teror di Indonesia, mulai Bom Thamrin, jaringan yang ditangkap di Waduk Jatilhuru, hingga bom panci Bekasi.