Budayawan Romo Benny Susetyo memberikan penjelasan terkiat komentarnya mengenai banjir di DKI Jakarta. Romo Benny menyebut kapasitas dia dalam membahas banjir dan peradaban alam itu sebagai budayawan, bukan perwakilan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Penjelasan Romo Benny itu diunggah oleh akun YouTube RKN Media berjudul 'Kenapa Banjir Masih Ada di Jakarta!!!' yang diunggah, 21 Februari 2021. Dalam wawancara itu, Romo Benny disebut sebagai perwakilan dari BPIP. Romo Benny telah mengizinkan pernyataan dalam YouTube itu untuk dikutip.
"Kan saya bukan sebagai staf khusus (Dewan Pembina BPIP), saya sebagai budayawan, saya bicara keadaban banjir, dan banjirnya kan tidak hanya Jakarta, tapi Kalimantan Selatan," ujar Romo Benny saat dihubungi, Selasa (23/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal wawancara, Romo Benny ditanya mengenai mengapa banjir masih terjadi di Jakarta. Romo Benny kemudian menjelaskan banjir di Jakarta harusnya bisa diminimalkan dengan adanya teknologi.
"Ini fenomena sebenarnya bahwa kalau kita memprediksi dengan baik cuaca, alam, itu ya alamiah. Tetapi kan kita harus mempersiapkan. Justru dengan hebatnya teknologi, kita itu sudah bisa harusnya memantau curah hujan itu, kemudian mempersiapkan bagaimana sebuah kebijakan yang jelas-terukur. Untuk apa? Untuk mampu misalnya mengatasi banjir ini," kata Romo Benny seperti dilihat, Selasa (23/2/2021).
Menurut Romo Benny, penanganan banjir Jakarta harusnya berkelanjutan. Dia menyebut program Gubernur DKI sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang memberikan dampak baik patut dilanjutkan.
"Lah ini yang nggak ada kontinuitas antara pemerintah daerah sebelumnya dengan sekarang. Misalnya zaman Ahok pengerukan terjadi, pembersihan drainase, kemudian selokan, ada banyak pasukan oranye, pasukan kuning yang siap siaga ketika curah hujan melebihi kapasitas itu air itu bisa mengalir. Lah harusnya dilanjutkan bendungan, bagaimana sebuah, itu kan masalah mendasar adalah bagaimana kebijakannya tidak pernah kontinu dan tidak pernah kita serius mengatasi banjir ini Jakarta ini," tuturnya.
Menurut Romo Benny, banjir di Jakarta akan terus terjadi jika tidak ditangani dengan serius. Manusia, kata Romo Benny, diberi akal dan pikiran untuk mengatasi setiap masalah yang ada.
"Selama tidak ada keseriusan menghadapi banjir Jakarta ya akan terus terjadi. Wong negeri Belanda saja bisa kok, dia membendung lautan, membendung daratan, akhirnya Belanda bisa ngatasi. Artinya, jangan kita menyalahkan alam, karena curah hujannya tinggi, cuacanya ekstrem, kemudian seolah-olah alam. Padahal manusia diberi keahlian oleh Tuhan Yang Mahakuasa, kemampuan, kemampuan untuk apa? Memprediksi, kemampuan untuk apa? Untuk mampu setiap masalah itu ada cara mengatasinya. Ini yang nggak pernah dilakukan. Nah ini yang nggak ada politic will dalam pengatasan banjir ini," tutur dia.
Mengatasi banjir di Jakarta, kata Romo Benny, harus ada kemauan politik. Dia menyebut menyelesaikan banjir Jakarta harus dilakukan secara keseluruhan.
"Kalau ada kemauan politik dari para pemimpinnya, elite-elitenya, maka banjir Jakarta ini bisa diselesaikan asal tidak sektoral, tapi menyeluruh. Menyeluruh artinya harus ada sistem drainasenya, harus ada sistem pengaturan detailnya, maka harus dibangun bendungan. Dan apa yang dilakukan Ahok harus dilanjutkan harusnya, sehingga penataan Jakarta itu dalam menghadapi banjir itu menyeluruh, tidak parsial dan tidak sifatnya politik," jelasnya.
Simak juga Video: Eks Ketua Pansus Banjir DKI Sentil Janji 1,8 Juta Sumur Resapan Anies
Romo Benny mengatakan kebijakan banjir yang bermanfaat dari pemimpin sebelumnya harus dilanjutkan. Dia menyinggung masalah pengerukan sungai.
"Maksudnya begini loh, jangan kebijakan yang baik itu, karena berbeda pandangan politik, tidak diteruskan. Harusnya sesuatu yang sudah didesain dan manfaat bagi banyak orang ya dilanjutkan. Lah kalau kita lihat sesuatu yang baik tidak berlanjut, misalnya bendungan tidak diteruskan. Misalnya bagaimana pengerukan, ini kan orang tahu semua. Artinya upaya-upaya yang dulu yang baik mungkin ada kekurangan, ya kekurangan itu yang harusnya dikoreksi dan diperbaiki," kata dia.
"Ada harapan bahwa, Jakarta banjir itu pasti ada, tapi tidak separah ini. Beda, karena kita tidak bisa curah hujan yang melebihi kapasitas, tapi kita sebagai manusia diberi Tuhan akal budi bisa mengurangi dampaknya sehingga tidak merugikan ekonomi, tidak merugikan masyarakat, tidak merugikan public transport, seperti ini kan. Dan tidak membuat orang itu ngumpat. Ini kan persoalan akhirnya terganggu semua ekosistem," sambungnya.
Lebih lanjut Romo Benny mengatakan banjir terjadi karena perilaku manusia. Banyak wilayah yang menjadi daerah serapan air beralih fungsi.
"Gini loh, banjir itu terjadi karena perilaku manusia yang serakah dan koruptif dalam kebijakan, sehingga apa? Wilayah-wilayah yang harusnya jadi resapan tapi wilayah itu dibangunlah yang namanya mal, yang namanya kepentingan-kepentingan bisnis yang wilayah itu adalah resapan, ini itu terjadi," tutur dia.
"Misalnya bagaimana daerah penunjang Jakarta, kita lihat kan Puncak, kan dulu zamannya Hindia Belanda Puncak itu kan hijau, tidak boleh dibangun karena itu daerah resapan untuk membendung air, sekarang kan hilang semua, itulah yang disebut keserakahan yang dikatakan oleh Cokro dan tulisannya itu bahwa pembangunan itu ekosistemnya harusnya demi harusnya untuk kesejahteraan bersama. Bukan untuk kepentingan segelintir orang. Jadi, kalau kita melihat fenomena banjir, ini fenomena alam, tapi fenomena juga manusia yang serakah karena manusia tidak mau memperhatikan ekosistem lingkungan. Jadi hancurnya lingkungan seperti ini," sambungnya.
Tak hanya banjir Jakarta, Romo Benny juga menyinggung masalah banjir di Kalimantan Selatan. Dia menyebut banjir terjadi di Kalimantan Selatan lantaran adanya eksploitasi alam.
"Kalimantan Selatan itu kan ekosistem hancur hutannya, karena eksploitasi sumber daya alamnya, hutannya hancur. Apa yang terjadi? Banjir, yang akhirnya terjadi banjir yang luar biasa. Jadi sebenarnya, kalau kita mau keadaban alam, maka ya manusia harus ramah dengan lingkungan sekitarnya. Memelihara, menjaga, tapi juga harus melestarikan," ucap Romo Benny.
Baca juga: Banjir dan Daya Tahan Masyarakat Pesisir |
Romo Benny juga menjabarkan solusi dan penanganan banjir ini. Dia mengatakan perlu pembiasaan tidak membuang sampah sembarangan dan menjamin saluran sungai bersih.
"Membiasakan tidak membuang sampah sebarangan, itu salah satu cara, memilah sampah basah sampah kering. Tetapi yang penting adalah bagaimana membangun eksistensi kebersihan itu dan ekosistem dari yang namanya dari saluran-saluran itu. Dulu kan ada namanya kerja bakti. Lah itu dihidupkan kembali kerja bakti di lingkungan, di kampung, bersih-bersih sehingga selokan-selokan itu bisa menjadi lancar kembali dari sumbatan sampah. Kebanyakan dari sumbatan sampah, lihat banjir yang paling banyak apa? Sampah, itu kan menunjukkan keadaban kita yang sebenarnya tidak hidup dalam kesadaran ekosistem. Ekosistem lingkungan harus menjadi kesadaran bagi semua orang, dia menjadi cara berpikir, bertindak, nalar semua orang, kalau ini bisa dijaga ekosistem alam ini maka manusia bisa bersatu dengan alam," jelasnya.
"Maka kembalilah keutamaan hidup, siapa mencintai alam dia mencintai sesamanya. Tetapi siapa yang menghancurkan alam semesta, berarti dia menghancurkan kemanusiaan, tragedi hancurnya kemanusiaan karena manusia menyiakan alam semesta ini," lanjutnya.
Romo Benny saat dihubungi menjelaskan bahwa pada tayangan YouTube itu dia tidak hanya membahas banjir di Jakarta. Tetapi fenomena banjir dan peradaban alam.
"Kan saya diminta waktu itu komentarnya, seperti biasa, ya saya komentar keadaban alam. Kan ada tulisan saya mengenai keadaban alam. Dan sudah lama tulisan itu, tulisan opini saya mengenai banjir kan banyak. Itu salah itu, budayawan, kan dia nggak tahu, kadang-kadang nempel apa karena kehendak mereka kan," kata Romo Benny.
Romo Benny mengatakan tidak mengkritik kebijakan Anies. Fokus komentar, kata Romo Benny, adalah mengenai tata kelola banjir.
"Kalimantan Selatan, mengenai tata kelola, kan saya tidak pernah kritik Anies juga. Kan aku yang baik dilanjutkan, kan itu bukan kritik. Itu kan kita tahu siapalah buzzer-buzzer-nya kan bermain kan," jelasnya.
Romo Benny mengatakan terbiasa membuat tulisan mengenai banjir. Dia mengaku sering diwawancarai mengenai banjir.
"Memang Romo menuliskan banyak tulisan mengenai banjir. Ada 20 tulisan saya mengenai banjir, dan wawancara banyak mengenai keadaban alam. Karena mereka hanya wawancara saja. Bukan (sebagai BPIP), sebagai budayawan, mereka yang beri judul salah. Bukan dari saya. Kalau saya nggak tahu, saya nggak pernah juga ketika diwawancarai, ya wawancara. Tapi kan saya penulis opini. Saya bicara keadaban. Dan saya tidak bicara masalah banjir, manusia yang serakah, manusia yang buang sampah sembarangan, kan ini pesan-pesan moral. Ada tulisan saya mengenai keadaban alam, hancurnya keadaban, bagaimana alam, kan tidak menyinggung banjir Jakarta, Kalimantan Selatan, kan saya mengenai keadaban manusia, apakah menulis begitu tidak boleh?" kata dia.
"Jadi di kapasitas sebagai budayawan, kalau mereka nyatut sebagai itu (BPIP) saya nggak tahu. Karena di tulisan saya, saya sebagai budayawan, kemudian dipakai BPIP saya nggak pernah tahu itu," lanjutnya.