Dalih Spontanitas Guru Pembuat Soal Ujian 'Anies Diejek Mega'

Round-Up

Dalih Spontanitas Guru Pembuat Soal Ujian 'Anies Diejek Mega'

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 16 Des 2020 08:12 WIB
Ketua DPRD DKI cecar guru pembuat soal Anies diejek Mega (Wilda/detikcom)
Foto: Ketua DPRD DKI cecar guru pembuat soal 'Anies diejek Mega' (Wilda/detikcom)
Jakarta -

Polemik soal ujian 'Anies Diejek Mega' dibawa ke Gedung DPRD DKI Jakarta. Guru, si pembuat soal itu berdalih hanya spontanitas menggunakan nama 'Anies' dan 'Mega' di soal ujian murid SMPN 250 Cipete Utara, Jaksel.

Komisi E DPRD DKI memanggil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana, serta jajaran SMPN 250 Cipete Utara, Selasa (15/12/2020) kemarin. Pemanggilan itu guna mengklarifikasi soal ujian yang dinilai sarat dengan politik praktis itu.

Dalam forum itu Ketua Komisi E DPRD DKI Iman Satria mempertanyakan kepada Kepala Dinas Pendidikan DKI Nahdiana terkait nama pejabat yang sering muncul dalam soal ujian sekolah. Iman menyebut kasus nama pejabat ini bukan kali pertama terjadi. Saat Joko Widodo (Jokowi) menjabat Gubernur DKI Jakarta, juga terjadi hal itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah, ini saya mau tahu bagaimana proses pemilihan pembuatan soal ini, tolong dijelaskan siapa yang buat soal ini? Karena kok bisa setiap ada pergantian pimpinan di DKI nama itu selalu dipake?" kata Iman di Ruang Rapat Komisi E DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Iman mencurigai soal ujian 'Anies Diejek Mega' memiliki modus tersendiri. Iman kemudian menyindir apakah hal ini terjadi karena Dinas Pendidikan sudah kehabisan nama awam yang biasa digunakan.

ADVERTISEMENT

"Kalau saya lihat ini seperti kaya modus ini waktu Pak Jokowi ada namanya, Pak Ahok ada namanya, keluar betul kan, kenapa ini selalu lewat begitu Bu? Ibu ada gambaran apa sih ini sebenarnya, apa memang udah kehabisan nama? Si Badu, si Amir, dulu kan kita pakai nama-nama itu, ini kok malah nama pejabat dipakai semacam kaya olok-olokan?" tuturnya.

Iman merasa kecewa kasus ini terjadi di dunia pendidikan di Ibu Kota. Iman meminta dinas pendidikan dapat melakukan telaah agar kejadian serupa tak terulang.

"Saya, walaupun mendukung Pak Anies, juga tidak suka dengarnya, apalagi dari pihak PDIP, nama Bu Mega dibawa. Bukan hanya persoalan ini berhenti di sini, tapi ke depan jangan sampai ini terjadi lagi. Apa harus dobel nih ngecek-nya supaya tidak lewat lagi penelaahnya," ucapnya.

Di tengah pertemuan di ruang Komisi E itu, Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi mendadak hadir di forum tersebut. Prasetio marah dan mencecar guru pembuat soal tersebut.

Dalam pertemuan itu Guru pembuat soal ujian yang bernama Sukirno juga hadir. Prasetio langsung mempertanyakan maksud Sukirno membuat soal ujian sekolah menggunakan nama 'Anies' dan 'Mega'.

"Kok Bapak bisa membuat satu soal yang mungkin di pikiran, di otak Bapak itu bukan provokasi. Tapi, setelah dibaca, itu kan sebuah doktrin," kata Prasetio.

Berikut isi soal tersebut:

"Anies selalu diejek Mega karena memakai sepatu yang sangat kusam. Walaupun demikian, Anies tidak pernah marah. Perilaku Anies merupakan contoh..." demikian bunyi pertanyaan pada soal itu yang dilihat detikcom.

Dengan nada tinggi, Politikus PDIP itu mencecar Sukirno terkait pembuatan soal ujian 'Anies. Dia bertanya mengapa Sukirno bisa-bisanya menggabungkan nama 'Anies' dan 'Mega' dalam satu rangkaian soal.

"Apa memang sengaja Bapak mau memprovokasi ini dengan situasi Jakarta yang sedang hangat ini, mau hancur Jakarta?" kata Prasetio.

Prasetio lalu bertanya nama guru tersebut dan menanyakan asalnya. "Kamu dari mana asalnya?" kata Prasetio.

"Ayah saya Purworejo, ibu saya orang Betawi sini, Pak," jawab Sukirno.

Prasetio kemudian meminta pimpinan Komisi E meminta KTP Sukirno. Hal itu dilakukan karena Prasetio ingin punya salinan KTP milik Sukirno.

"Saya minta, Ketua, KTP dia difotokopi," ungkapnya.

"Saya tanya Bapak, Presiden RI ke-5 siapa?" tanya Prasetio.

"Megawati. Bu Megawati, Pak," jawab Sukirno.

"Dari cara ngomong-nya Bapak, itu presiden, Pak. Ibu Megawati Soekarnoputri. Kenapa Bapak punya insting kok tiba-tiba Gubernur Anies dengan Ibu Mega, apa yang ada di otak Bapak ini, apa sih?" kata Prasetio terheran-heran.

Di pertemuan itu, Prasetio mengatakan bakal membawa urusan ini ke polisi. Prasetio menyebut kasus ini sudah menjadi buah bibir di masyarakat.

"Ini saya akan melaporkan bapak di kepolisian sekarang, saya akan datang ke Polda Metro Jaya, saya akan minta pertanggungjawaban, ini sudah beredar kok," kata Prasetio.

Apa alasan Guru Sukirno membuat soal ujian 'Anies Diejek Mega'? Simak halaman berikutnya.

Pada kesempatan tersebut, Sukirno mengaku hanya spontanitas membuat soal ujian menggunakan nama 'Anies' dan 'Mega'. Sukirno menyebut tak memiliki niat apa-apa dalam pembuatan soal ujian itu.

"Jadi Bapak, ketika semester ganjil ini akan berakhir, kepala sekolah menugaskan saya untuk membuat soal untuk anak kelas 7, membuat soal dengan kisi-kisi, kemudian karena itu tugas dari kepala sekolah, saya buatlah kisi-kisi yang didasari kurikulum sekolah," papar Sukirno.

Penjelasan Sukirno itu langsung disambut Presetio. Prasetio menanyakan alasan Sukirno membandingkan nama Anies dengan Mega dalam soal ujian itu.

"Saya mau tanya kenapa Bapak punya pemikiran, karena gini, sebagai pembanding Pak Gubernur Anies dan Megawati apa di otak Bapak atau tidak, Megawati itu siapa?" ucap Prasetio dengan nada tinggi.

Sukirno bersumpah dan menyebut tidak ada niat tertentu untuk menggunakan nama 'Anies' dan 'Mega' dalam narasi soal ujian.

"Demi Allah saya tidak punya niat apa-apa, saya membuat soal itu ada nama," ucap Sukirno.

"Apakah tidak bisa nama Otong?" ucap Prasetio memotong ucapan Sukirno.

"Spontanitas saja, Pak," jawab Sukirno sambil memelankan suaranya.

Prasetio pun tak bisa menutupi kemarahannya. Dia menyayangkan perbuatan Sukirno yang membandingkan karakter menggunakan nama tokoh publik. Apalagi, lanjutnya, tokoh ini merupakan Presiden ke-5 RI.

"Seorang bapak, kalau memberi contoh, beri contoh yang baik, bukan pembanding tokoh antartokoh. Ini presiden ke-5, Pak," kata Prasetio.

Karena gemar, Prasetio meminta Sukirno untuk membaca Pancasila sambil berdiri.

"Bapak coba berdiri, ngomong Pancasila, bisa nggak sih, coba Pancasila," kata Prasetio.

"Pancasila. Satu, ketuhanan yang maha esa. Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, persatuan Indonesia. Empat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," ucap Sukirno dengan lantang.

Prasetio meminta para guru memiliki pandangan yang luas. Sebab, kasus ini, lanjut dia, bukan hanya mengorbankan nama tokoh publik, tetapi juga bisa mendoktrin generasi anak bangsa.

"Jangan Bapak mengorbankan orang, Pak, sebagai guru, Pak. Kalau guru tuh sudah harus melihat yang besar, Pak, bukan melihat yang sempit, Pak. Kalau tiba-tiba itu anak didoktrin seperti itu dengan contoh seperti itu, apa yang terjadi? Saya tanya Bapak," kata Prasetio.

Permintaan maaf SMPN 250 Cipete Utara. Simak halaman berikutnya.

Plt Kepala SMPN 250 Cipete Utara, Jakarta Selatan, Setia Budi meminta maaf terkait hebohnya kasus soal ujian 'Anies Diejek Mega'. Setia Budi menyebut dari awal dirinya telah melakukan standard operating procedure (SOP) terkait pembelajaran di sekolah.

"Jadi kami atas nama keluarga besar SMPN 250 dan khususnya Dinas Provinsi DKI Jakarta memohon maaf untuk para hadirin, pada hari ini kami sudah melakukan kronologis yang cukup signifikan, karena memang dari awal kami sudah melakukan SOP sesuai dengan prosedur pembelajaran di SMPN 250," kata Setia Budi.

Setia Budi menyadari pihaknya tidak mengedit secara menyeluruh terkait soal ujian ini. Namun dia menyebut tim telaah sudah menelaah soal yang dibuat oleh guru-guru di sekolahnya.

"Yang diedit hanya beberapa soal saja, sehingga kami terlewatkan itu. Jadi sekali lagi dengan menggunakan nama-nama tersebut memang kami tidak begitu sampai penuh," imbuhnya.

Dia pun mengungkapkan soal ujian akhir itu merupakan mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang dilaksanakan pada 11 Desember. Setia Budi mengucapkan meminta maaf lagi dan mengakui pihaknya tidak menelaah lebih jauh terkait pemakaian nama-nama dalam narasi soal ujian.

"Jadi sistem, kami terburu-buru untuk waktu yang sudah ditentukan, karena tanggal 7 Desember kami melaksanakan penilaian akhir semester. Untuk mata pelajaran PAI memang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11, jadi pada waktu itu dilaksanakan memang menggunakan online. Jadi semua para siswa menggunakan sistem dan tim juga melakukan dengan tergesa-gesa karena mengingat waktu yang harus sudah dilakukan itu," jelasnya.

"Bahwa menggunakan nama itu tidak kita lakukan telaah. Jadi mohon maaf kalau seandainya ada hal yang tidak berkenan dari semua yang hadir pada hari ini," tuturnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan DKI Nahdiana menyebut saat ini sang guru dan kepala sekolah SMPN 250 Cipete Utara telah mendapatkan sanksi teguran. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kasus yang terjadi saat ini.

"Kami memberikan sanksi tidak hanya guru, tetapi kepada kepala sekolah yang harus bertanggung jawab terhadap proses ini dan juga kepada tim telaah yang dibuat kepala sekolah tersebut," tuturnya.

Halaman 2 dari 3
(idn/idn)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads