Serba-serbi Hujan Meteor di Balik Mitos 'Lintang Kemukus'

Round-Up

Serba-serbi Hujan Meteor di Balik Mitos 'Lintang Kemukus'

Tim detikcom - detikNews
Senin, 12 Okt 2020 05:44 WIB
lintang kemukus
Foto: VIral lintang kemukus di langit Tuban dan Bojonegoro (Tangkapan layar)

Kendati mitos itu hidup di masyarakat, LAPAN menegaskan bahwa hal ini tidak ada hubungannya secara astronomi.

"Tidak ada hubungannya. Sama seperti tempo hari katanya bintang Tsuraya tanda wabah berakhir, ternyata wabah masih terjadi sampai sekarang," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sungging menjelaskan bahwa lintang kemukus adalah istilah Jawa untuk bintang berekor. "Kebetulan memang beberapa hari terakhir itu sedang musim hujan meteor Draconid, jadi itu bisa jadi bagian dari fenomena hujan meteor tersebut. Tidak ada dampak bahayanya," ujarnya.

Dilansir dari Space.com, draconid ialah hujan meteor tahunan yang muncul setiap bulan Oktober. Letupan meteor draconid biasanya sederhana, menghasilkan hanya beberapa meteor per jam.

ADVERTISEMENT

Draconid biasanya terjadi dari 6 Oktober hingga 10 Oktober setiap tahun, terkadang menampilkan penampakan yang luar biasa.

Pada tahun 1933, misalnya, pengamat antariksa di Eropa melihat hingga 500 draconid per menit. Dan pengamat di seluruh Amerika Serikat bagian Barat melihat ribuan Draconid per jam di waktu puncak pada tahun 1946.

Fenomena draconid ini bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, untuk melihatnya, langit harus dalam kondisi cerah.


(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads