Lagi-lagi Anarko Terindikasi di Balik Ricuhnya Aksi Demo

Round-Up

Lagi-lagi Anarko Terindikasi di Balik Ricuhnya Aksi Demo

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 10 Okt 2020 05:45 WIB
Gedung Polda Metro Jaya
Foto: Gedung Polda Metro Jaya (Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta -

Aksi penolakan omnibus law UU Cipta Kerja di Jakarta, Kamis (8/10) lalu berakhir ricuh. Massa merusak fasilitas umum hingga kendaraan dinas polisi.

Dari kegiatan itu, polisi mengamankan 1.192 orang yang terindikasi anarko. Mereka diduga hendak membuat kericuhan.

"1.192 ini kan saya sudah katakan ada indikasi anarko, anarko tapi profesi berbeda beda. Anarko itu bukan profesi, tapi orang yang berniat lakukan kerusuhan di sini," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan, Jumat (9/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yusri mengatakan, 1.192 orang terindikasi anarko ini hanya sebagian kecil saja yang merupakan mahasiswa dan buruh. Hampir separuhnya adalah pelajar STM.

"Ada yang pelajar, ada yang pengangguran banyak. Rata-rata pelajar STM, mereka hampir setengah lebih ini pelajar STM dari 1.192 ini. Tapi, ada juga mahasiswa, ada pekerja dan buruh, itu profesi," katanya.

ADVERTISEMENT

Yusri mengatakan, ribuan orang diduga anarko itu datang ke aksi hanya untuk merusuh. Mereka menunggangi massa buruh dan mahasiswa yang menolak omnibus law UU Cipta Kerja.

"Tetapi memang, tujuannya bukan gabung dengan teman-teman serikat (pekerja) yang tujuan untuk sampaikan punya pendapat tentang UU Cipta Kerja, tapi tujuan mereka untuk buat rusuh seperti kejadian kemarin," jelas Yusri.

Kepada polisi, mereka mengaku tidak mengetahui apa yang mereka demo. Mereka hanya datang karena ada undangan.

"Jadi 1.192 itu mereka tidak tahu (tujuan demo), dia bukan dari kelompok buruh yang memang (mau) menyuarakan, tapi ada kelompok sendiri datang untuk lakukan kerusuhan bahkan didominasi oleh anak anak STM yang mereka tidak tau apa itu UU Cipta Kerja," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jumat (9/10/2020).

Yusri mengatakan massa tersebut datang atas undangan. Ia juga menyebut ada yang memfasilitasi massa tersebut.

"Yang dia tahu ada undangan untuk datang, disiapkan tiket kereta api, disiapkan truk, disiapkan bus, kemudian nantinya akan ada uang makan untuk mereka semua, ini yang dia tahu," ucapnya.

Yusri menambahkan, pihaknya masih mendalami siapa yang memfasilitasi massa tersebut. Polisi juga akan mengecek CCTV untuk mengetahui peran-peran para pelaku tersebut.

"Kita masih dalami (pihak yang fasilitasi), kita ambil keterangan mereka, ini bisa membantu kita para penyidik dan kita ambil CCTV yang mana yang merusak, kemudian kita cari keterangan saksi lain," ujar Yusri.

Dari 1.192 orang itu, 285 orang di antaranya masih diperiksa di Polda Metro karena diduga melakukan kekerasan.

"Iya, di luar 285 boleh dipulangkan. Kenapa 285 tidak dipulangkan, ya ditanya penyidik, keterangan perlu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jumat (9/10/2020).

Yusri menyebut 285 orang tersebut diduga yang melakukan kerusuhan. Mereka disebut melakukan pengeroyokan, perusakan, hingga membawa sajam.

"Kemudian, dari 1.192, masih ada 285 yang ada indikasi, memang ada, ada indikasi, perlu pendalaman lagi, baik dia pengeroyokan, melakukan tindakan, ada yang bawa sajam, kita dalami," ucapnya.

Yusri menyebut ratusan orang tersebut hingga kini belum ditetapkan sebagai tersangka. Polisi masih akan mendalami keterangan para perusuh itu.

"Kita belum nyatakan sebagai tersangka, tapi perlu pendalaman lagi. Ada kejadian perusakan yang akan kita kejar, selidiki ini semua yang ada, termasuk teman-temannya," ujarnya.

Seperti diketahui, polisi mengamankan 1.192 orang di wilayah hukum Polda Metro Jaya terkait aksi demo kemarin. Ribuan orang tersebut diduga anarko yang hendak merusuh dengan menunggangi aksi omnibus law UU Cipta Kerja di Jakarta.

Sejumlah fasilitas umum dan kendaraan dinas Polri pun turut jadi amukan massa pada Kamis (8/10) kemarin. Total ada 18 fasilitas polisi yang dirusak dan dibakar.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads