Banjir bandang di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah surut. Namun, banjir itu menyisakan lumpur dan nestapa karena menelan korban jiwa sebanyak 36 orang dan 68 masih hilang.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menuturkan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab banjir bandang itu terjadi di Masamba. Berdasarkan hasil analisis dari Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ada dua faktor penyebab banjir bandang Luwu Utara, yakni alam dan manusia.
Raditya curah hujan dengan intensitas tinggi di daerah aliran sungai (DAS) Balease menjadi salah satu pemicu banjir bandang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain faktor cuaca, kondisi tanah berkontribusi terhadap terjadinya luncuran material air dan lumpur. Jenis tanah distropepts atau inceptisols memiliki karakteristik tanah dan batuan di lereng yang curam mudah longsor, yang selanjutnya membentuk bending alami atau tidak stabil. Kondisi ini mudah jebol apabila ada akumulasi debit air tinggi," ujarnya, dalam keterangannya, Jumat (17/7/2020).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara terus melakukan upaya penanganan darurat di lapangan dan mencari korban yang hilang. Bupati Luwu Utara sudah menetapkan status tanggap darurat selama 30 hari, terhitung dari 14 Juli hingga 12 Agustus 2020.
Banjir bandang itu menyisakan lumpur di mana-mana. Setidaknya ada empat sekolah di Masamba dan Sabbang tertimbun lumpur dan digenangi air. Kondisi itu sebagai dampak paling parah terhadap banjir bandang dan longsor.
Empat sekolah tersebut terdiri dari tiga unit sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama di dua kecamatan. Pada Kecamatan Masamba yakni SD Inkor Masamba dan SMP 1 Masamba, sedangkan untuk Kecamatan Sabbang yakni SD 20 Pongo dan SD 19 Sabbang.
Dua sekolah terdampak timbunan lumpur yakni SD Inkor Masamba dan SD 20 Pongo. Sementara SMP 1 Masamba dan SD 19 Sabbang tergenang air.
Sekolah dengan dampak paling parah yakni SD Inkor Masamba yang hampir seluruh bangunan tertutupi lumpur. Sehingga yang tersisa hanya atap sekolah muncul di permukaan.
Karena jumlah yang tidak begitu besar, maka Disdik berencana akan menggabungkan siswa SD Inkor Masamba dengan SD Bone yang lokasinya tidak begitu jauh.
"Kita sudah meminta alat berat untuk segera mengeruk lumpur. Totalitas harus dimaksimalkan karena lokasinya di tengah-tengah permukiman," papar Kepala Dinas Pendidikan Luwu Utara Jasrun.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengerahkan satu unit kendaraan taktis (rantis) Hagglunds BV260 untuk membantu proses evakuasi korban banjir bandang di Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kendaraan lapis baja yang bisa dioperasikan di berbagai medan ini akan digunakan untuk mendistribusikan bantuan ke lokasi terisolasi.