Jazilul menceritakan, awalnya untuk menebus Ety diperlukan dana senilai puluhan miliar. Namun akhirnya bisa turun hingga hanya Rp 15 miliar.
"Untuk Bu Ety ini memang awalnya tinggi sekali kurang lebih Rp 40 miliar akhirnya berhasil ke angka Rp 15 miliar. Memang nggak ada harganya jiwa itu luar biasa," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah pandemi virus Corona (COVID-19), Jazilul bersyukur 1 WNI dapat lolos dari hukuman mati dan kembali ke Indonesia. Jazilul mendorong adanya nilai dan kemanusiaan dan gotong royong.
"Makanya kami dari pimpinan MPR mengajak selalu mengedepankan kemanusiaan, kegotongroyongan di semua situasi pada siapapun. Apalagi pada pejuang devisa yang bekerja di luar negeri. Bekerjanya cuma 1 tahun 8 bulan. Tetapi dipenjaranya 18 tahun," ujar Jazilul.
Sebelumnya, proses pemulangan Ety telah dipercepat berkat upaya yang dilakukan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel. Agus telah menemui Penasehat Raja Salman, Pangeran Khalid al-Faisal Al Saud, yang juga menjabat Gubernur Mekah, dengan didampingi Koordinator Perlindungan WNI KBRI Riyadh, Raden Arief, dan atase hukum Rinaldi Umar. Pertemuan berlangsung di kantor Pangeran Khalid al-Faisal di Jeddah.
(rfs/aik)