Tangani 190 Pasien COVID-19 Sendirian, Dokter Asal Maros 6 Pekan Belum Pulang

Tangani 190 Pasien COVID-19 Sendirian, Dokter Asal Maros 6 Pekan Belum Pulang

Moehammad Bakrie - detikNews
Jumat, 03 Jul 2020 13:31 WIB
dr Sugih Wibowo
Dokter Sugih Wibowo (Bakrie/detikcom)
Maros -

Dokter Sugih Wibowo, seorang dokter asal Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang menangani 190 pasien positif (COVID-19) seorang diri sudah selama 6 pekan belum pulang ke rumah. Rasa rindu terhadap keluarga di rumah sangat dirasakannya.

"Sudah 6 pekan saya di sini ditugaskan sebagai penanggung jawab medis. Paling berat memang menahan rindu, apalagi ke anak yang baru tiga bulan," kata Sugih saat ditemui detikcom di hotel Harper Makassar, Jumat (3/7/2020).

Dokter Sugih bahkan tak kuasa membendung air mata saat mendapat kabar putranya yang baru tiga bulan mengalami sakit demam seusai imunisasi. Lewat panggilan video, ia hanya bisa menatapi wajah putranya, lirih ia berkata, cepat sembuh ya Nak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sugih tak bisa berbuat banyak, tugas menjaga 190 orang pasien COVID-19 yang diisolasi di hotel Harper Makassar, Sulawesi Selatan, membuatnya rela menahan rindu dengan anak dan istrinya di rumah yang ia tinggalkan sejak 25 Mei 2020.

Pria kelahiran 1983 itu, mengaku kecewa karena ditugaskan hanya seorang diri sebagai dokter di hotel itu, raut wajahnya tidak sedikit pun menunjukkan rasa lelah, terlebih di depan pasien.

ADVERTISEMENT

Tiap hari selama 24 jam, ia bersama tiga perawat siap siaga menerima keluhan dari 190 pasien isolasi yang berasal dari 24 Kabupaten di Sulsel. Nyaris, waktu istirahatnya pun terkuras habis untuk tetap terjaga melayani seluruh pasien.

"Kalau di hotel lain itu dokternya bisa tiga orang, itu pun mereka bergantian. Saya di sini sendirian. Perawat yang temani saya itu tiga orang, tapi mereka juga bergantian ditugaskan," tuturnya.

Menjaga pasien positif COVID-19 yang tergolong orang tanpa gejala (OTG) bukanlah perkara mudah. Banyak dari mereka yang secara psikis tidak terima kenyataan hingga ada yang sampai mencoba bunuh diri.

"Tiap hari itu, ada sekitar 300 chat di HP saya dari peserta yang harus saya balas satu-satu. Kalau ada emergency, baru saya ke kamar mereka pakai baju hazmat. Ada yang sampai bunuh diri waktu itu," ungkapnya.

Kondisi itu sebenarnya, telah ia keluhkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Maros yang menugaskannya. Alih-alih didengarkan, justru ia mendapatkan respons yang membuatnya kecewa. Bahkan, tanpa setahu dia, surat tugas ketiga di tempat itu kembali ia terima.

Walau sebenarnya ia menolak, sumpah profesi sebagai dokter lah yang membuatnya bertahan. Baginya, seorang dokter pantang lari dari tanggung jawab walau harus mengorbankan diri sendiri. Prinsip itulah, yang membuatnya sering terjun menjadi relawan di lokasi bencana.

"Awalnya pun saya yang minta ditugaskan karena merasa terpanggil. Di surat tugas ketiga saya itu, saya sebenarnya sudah mau pulang. Tapi saya tidak mau langgar sumpah saya sebagai dokter, tetap saya lanjutkan," sebutnya.

Selain karena ditugaskan sendiri sebagai dokter, alumni Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu mengaku kecewa karena selama hampir 6 pekan bertugas, insentif yang dijanjikan dari Dinkes, belum ia terima sepeser pun. Saat ia meminta, jawabannya hanya diminta bersabar.

"Mungkin saya bisa terima hal itu, tapi istri di rumah bagaimana. Sudah sering dia pertanyakan, saya hanya bisa jawab, sabar. Karena itu juga yang disampaikan ke saya. Tapi kan sabar ini tidak bisa dipakai beli susu kan," kelakarnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Maros, Davied Syamsuddin, berjanji akan segera menindaklanjuti keluhan itu dan akan segera menarik dr Sugih dari tempat tugasnya saat ini. Pihaknya pun meminta maaf atas ketidaknyamanan itu.

"Segera kami akan menggantikan posisinya dengan dokter lain. Kemarin itu, memang hanya ada 2 dokter yang mau jadi relawan, 1 ke Jakarta dan dr Sugih ini ditempatkan di Harper," katanya.

Terkait insentif, ia menjelaskan, kalau pos anggarannya itu ada dua. Untuk yang di Harper sendiri, akan diambil dari biaya tak terduga (BTT) dan dana itu sudah siap dicairkan dalam waktu dekat. Sementara untuk tenaga kesehatan lainnya, itu dimasukkan ke anggaran pusat.

"Kalau untuk di Harper, itu sudah siap dananya, dalam waktu dekat akan kita cairkan. Kalau nakes lain, itu masih tunggu anggaran dari pusat, karena memang sumber dananya dari sana," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads