Menjaga pasien positif COVID-19 yang tergolong orang tanpa gejala (OTG) bukanlah perkara mudah. Banyak dari mereka yang secara psikis tidak terima kenyataan hingga ada yang sampai mencoba bunuh diri.
"Tiap hari itu, ada sekitar 300 chat di HP saya dari peserta yang harus saya balas satu-satu. Kalau ada emergency, baru saya ke kamar mereka pakai baju hazmat. Ada yang sampai bunuh diri waktu itu," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi itu sebenarnya, telah ia keluhkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Maros yang menugaskannya. Alih-alih didengarkan, justru ia mendapatkan respons yang membuatnya kecewa. Bahkan, tanpa setahu dia, surat tugas ketiga di tempat itu kembali ia terima.
Walau sebenarnya ia menolak, sumpah profesi sebagai dokter lah yang membuatnya bertahan. Baginya, seorang dokter pantang lari dari tanggung jawab walau harus mengorbankan diri sendiri. Prinsip itulah, yang membuatnya sering terjun menjadi relawan di lokasi bencana.
"Awalnya pun saya yang minta ditugaskan karena merasa terpanggil. Di surat tugas ketiga saya itu, saya sebenarnya sudah mau pulang. Tapi saya tidak mau langgar sumpah saya sebagai dokter, tetap saya lanjutkan," sebutnya.