Jakarta -
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendorong pendidikan vokasi melakukan 'pernikahan massal' dengan dunia industri. Nikah massal yang dimaksud, yakni mendorong pendidikan vokasi membangun kerja sama perekrutan sebanyak-banyaknya dengan perusahaan, sehingga lulusan bisa terserap.
"Untuk vokasi tema bapak-ibu yang selalu dan Pak Wikan tentunya akan selalu menjadi gongnya itu namanya pernikahan massal. Dan kita menggunakan analogi ini karena menurut kami ini yang bisa menjadi tema yang mendorong sekolah vokasi baik politeknik maupun SMK untuk ramai-ramai mencari jodoh," kata Mendikbud Nadiem Makarim dalam rapat kerja (raker) virtual dengan Komisi X DPR RI, Kamis (2/7/2020).
Menurut Nadiem, pendidikan vokasi sepatutnya mengarah ke bidang industri. Sebab, Nadiem menilai hal tersebut merupakan fokus dari vokasi.
"Ramai-ramai mencari jodoh di bidang industri. Yang namanya vokasi itu tidak vokasi kalau kurikulum atau pengajarnya dan arahannya bukan kepada industri atau yang mereka fokus sektor kerjanya," ujar Nadiem.
"Itu yang menjadi filsafat utama dalam revitalisasi SMK dan politeknik kita," tambah Nadiem.
Kerja sama pendidikan vokasi pun didorong Nadiem untuk dapat menyerap lulusan vokasi. Bentuk akhir dari kerja sama ini adalah masuknya lulusan vokasi ke dunia kerja.
"Ada beberapa bentuk kerja sama, tapi ujung-ujungnya yang kita harapkan kerja sama yang terpenting adalah adanya penyerapan lulusan sekolah itu langsung kepada dunia kerjanya," ucap Nadiem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika kerja sama pendidikan vokasi tak menghasilkan kontrak kerja, kata Nadiem, hal itu bisa dibilang bukan pendidikan vokasi. 'Pernikahan massal' itu pun menurut Nadiem tak sah.
"Jadinya, kalau pernikahannya itu tidak menghasilkan kontrak kerja sama atau kontrak rekrutmen, itu artinya belum sah lah pernikahannya. Itu yang kita push kepada sekolah-sekolah kita," imbuhnya.
Sebelumnya, 'Pernikahan Massal' antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendapat respons dari pelaku industri. Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Miftahudin mengatakan, kemitraan yang terjalin menjadi kunci agar pendidikan vokasi dapat segera beradaptasi dengan cepatnya perubahan di industri dan dunia kerja.
Miftah menjelaskan bahwa bonus demografi menjadi peluang sekaligus tantangan, baik bagi institusi pendidikan vokasi maupun industri. Menurutnya, dalam waktu 15 tahun ke depan Indonesia setidaknya harus menyiapkan lapangan kerja yang cukup bagi angkatan kerja. Jika tidak, maka jumlah pengangguran baru akan mengalami peningkatan signifikan.
"Maka dari itu link and match menjadi penting. Sekarang mulai kita rumuskan supaya lulusan pendidikan vokasi, seperti SMK bisa match dengan industri. Kita membangun kemitraan untuk menjembatani lulusan SMK dengan dunia kerja," ujar Miftah dalam keterangan tertulis, Rabu (1/7).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini