Poin-poin Kesaksian Novel Baswedan dalam Sidang Penyiraman Air Keras

Round-Up

Poin-poin Kesaksian Novel Baswedan dalam Sidang Penyiraman Air Keras

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Jumat, 01 Mei 2020 06:22 WIB
Novel Baswedan
Foto Novel Baswedan: Ari Saputra


Teror Didasari Pekerjaan, Bukan Dendam Pribadi

Novel mengatakan kemungkinan teror penyiraman air keras terhadap dirinya itu didasari karena pekerjaannya sebagai penyidik di KPK. Novel juga yakin teror ini bukan berasal dari dendam pribadi.
"Saya tidak terlalu bisa membuktikan itu, tapi sebagai seorang penyidik saya mengalami hal itu saya punya pengalaman terkait investigasi saya yakini ada. Karena tak mungkin terkait hal pribadi saya, karena ini melibatkan tugas saya, karena ada tugas pengamatan pengintaian dan eksekutor," ujar Novel.

"Dan ini didukung laporan Komnas HAM yang mengatakan bahwa kasus saya dilakukan terorganisir," imbuhnya.

Novel kemudian menyinggung kasus-kasus apa saja yang ditanganinya saat sebelum teror penyiraman air keras ini. Menurutnya, saat itu dia sedang menangani kasus-kasus korupsi besar.

"Emang saat itu ada penanganan perkara terkait dengan surat .... yang itu dilakukan oleh tersangka Basuki Hariman, dan saat itu ada sedikit kehebohan pemberian sejumlah uang kepada yang diduga oknum-oknum penegak hukum, dan ini kemudian jadi pembicaraan bahkan ada penyidik dan penyelidik di KPK yang sengaja dikirimkan oleh seorang petinggi-petinggi kepolisan," kata Novel.

"Dan itu banyak dikatakan bahwa saya mengkoordinasikan 3 satgas untuk mentarget petinggi-petinggi Polri, padahal saya nggak lakukan penanganan itu," lanjutnya.

Selain perkara Basuki Hariman, Novel juga mengatakan tengah menyelidiki kasus mega korupsi e-KTP. Namun, saat itu kasus e-KTP ini bocor sehingga orang di luar KPK mengetahui hal ini.

"Selain itu saya tangani beberapa perkara diantaranya terkait e-KTP yang saat itu inisial SN, dan saat itu saya terkait pidana penyelewengan uang, saya sampaikan ke BPK saat itu dan cerita-cerita itu bocor ke luar. Saya nggak tahu gimana prosesnya bisa sampai dikethui orang-orang di luar KPK," jelasnya.

Bukan Air Aki

Novel keberatan jika cairan air keras yang digunakan untuk menyerangnya disebut air aki. Novel mengaku yakin cairan itu adalah cairan kimia yang keras dan bukan air aki.
"Ada yang menarik ingin saya sampaikan, saya mendengar dari penuntut umum bahwa air (keras) itu adalah air aki. Saya punya bukti itu bukan air aki," tegas Novel.

Novel mengatakan cairan itu terpusat di wajah dan matanya. Cairan itu juga membasahi jubah yang dikenakan Novel saat sesudah salat subuh. Para peneror itu menyiram cairan keras itu dari samping.

"Seingat saya ke muka, lalu ke badan saya. Karena saya pake jubah jadi jubah di lepas dan kena wajah saja," katanya.

"Saya kira dalam jarak nggak jauh, karena saya mendapat siraman merasa banyak sekali," imbuhnya.

Novel menceritakan ketika disiram itu kedua matanya bereaksi, kelopak mata yang hitam itu juga hilang dan tinggal kelopak bagian putih saja. Dia juga mengaku saat ini mata sebelah kiri tidak bisa melihat sama sekali, sedangkan yang kanan hanya bisa melihat berapa persen.

"Sekarang pun saya mohon maaf nggak lihat wajah yang mulia. Yang kiri saya nggak bisa lihat sama sekali yang tadinya dioperasi untuk penolong, tapi sampai sekarang nggak bisa lihat dan itu permanen. Yang kanan dari Singapura mata saya nggak bisa diobati dan saya lihatnya di bawah 50 persen. Jadi saya sangat keberatan ketika ada yang nyebut air aki," tegas Novel.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads