Tentu saja pemerintah mempertanyakan keyakinan IDI. Selama ini, pemerintah hanya menyampaikan kasus yang terkonfirmasi. Kasus yang belum terkonfirmasi tentu belum bisa disampaikan karena sifatnya belum pasti.
"Dia (IDI) dapat data dari mana? Kalau data dari saya kan jumlah konfirmasi positif, apakah semua orang yang meninggal harus COVID?" ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona, Achmad Yurianto saat dihubungi, Minggu (19/4).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuri menegaskan dirinya juga memiliki data kematian untuk pasien dalam pengawasan (PDP) dan juga orang dalam pemantauan (ODP). Namun, dia mengatakan yang dia umumkan setiap hari ke masyarakat terkait data kematian Corona itu adalah pasien yang terkonfirmasi positif saja tidak digabung dengan PDP dan ODP.
"Ada (data). Yang saya umumkan itu sama dengan apa yang saya laporkan ke WHO," tegasnya.
Politikus Senayan ikut mengomentari. Wakil Ketua Komisi IX, Melki Laka Lena menuturkan IDI mestinya bertemu Gugus Tugas atau Kemenkes untuk menyamakan data yang dimiliki dengan data yang dipakai oleh pemerintah. Menurutnya, perbedaan data yang disampaikan ke publik tidak memberi pesan positif, malah menimbulkan kebingungan, kecemasan dan ketakutan.
"Ukuran dan parameter penentuan angka kematian pasien karena COVID-19 pasti beda sehingga semua pihak terkait harus duduk bersama berbicara secara obyektif dan tidak perlu diumbar ke publik perbedaan semacam ini karena tidak berdampak positif," kata Melki saat dihubungi, Minggu (19/4).
![]() |