Jakarta -
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengeluhkan sistem pencegahan virus corona di Bandara Soekarno-Hatta. Dia menilai pencegahan virus corona dengan hanya memakai formulir justru menghambat.
Mulanya, Agus menyampaikan keluhannya itu melalui sebuah status di akun Facebooknya. Dia mengaku harus mengantri untuk mengisi formulir kesehatan.
"Kemarin sore setelah mendarat setelah badan sudah lelah karena terbang 15 jam lebih, ingin cepat-cepat sampai rumah di T3 Internasional CGK harus mengantri panjang isi formulir yang menurut saya tidak ada gunanya untuk memantau Corona tapi bikin repot," tulis Agus di akun Facebooknya, Kamis (17/2/2020).
Dia pun mengkritik pemakaian formulir kesehatan tersebut. Soalnya, mereka yang sudah mengisi formulir diminta untuk melapor jika merasa tidak sehat. Padahal menurutnya, formulir itu bisa diisi asal-asalan karena tidak ada pengecekan kesehatan.
"Setelah mengisi kita serahkan ke petugas dan dia bilang: "mohon lapor kalau terasa badan tidak sehat". Lha siapa yang mau lapor. Ngisinya pun bisa asal-asalan. Walau sakit bisa diisi sehat tanpa ada petugas yang peduli dan ngecek. Tidak ada alat pengukur suhu badan dan sebagainya seperti di negara lain. Apa ini bermanfaat untuk mengontrol Corona di Indonesia. Wahai Pak Menkes lebih baik memang berdoa dari pada buat antrian. Salam," lanjut Agus dalam status itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak Video "Update! 69 Ribu Orang Kena Virus Corona, 1.669 Tewas dan 9.419 Sembuh"
[Gambas:Video 20detik]
detikcom sudah meminta izin untuk mengutip status Facebook tersebut. Agus lantas menjelaskan bahwa dirinya memang tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan.
"Nggak ada pemeriksaan. Suruh ngambil formulir itu, yang saya upload itu pesawat mana, dari mana, terus udah jalan. Kalau saya isi nama beda, pakai nama penerbangan asal saja kan bisa. Wong nggak diperiksa. Terus buat apa? Malah menghambat, macet. Orang udah capek, mau sampai rumah, terbang belasan jam buat apa gitu? Silakan pokok nyerahin itu. Nggak diperiksa," kata Agus saat dihubungi, Senin (17/2/2020).
Dia pun tak yakin bandara Soeta dipasangi alat thermal scanner untuk mendeteksi suhu tubuh penumpang yang tidak normal. Dia juga tak melihat petugas medis.
"Nggak ada. Cuma kotak, nggak tahu itu thermal scanner atau apa. Dokter itu nggak ada. Cuma ada petugas seragam apa gitu. Cuma saya capek mau tanya juga. Negara lain kan thermal scaneer itu. Bisa ketahuan satu jam dua jam dari suhu tubuh," ungkapnya.
Dia menyarankan, mestinya penumpang diperiksa dan diberi penjelasan yang memadai terkait pengecekan kesehatan. "Pak ini thermal, bapak kalau suhu badan begini, bapak harus begini. gitu dong," tuturnya mencontohkan pengecekan kesehatan yang semestinya.
Vice President Corporate Communication Angkasa Pura (AP) II Yado Yarismano menjelaskan bahwa persoalan teknis pengecekan kesehatan di bandara ialah wewenang Kantor Kesehatan Pelabuhan. Namun terkait alat thermal scanner, pihaknya memastikan alat itu sudah terpasang.
"Mungkin untuk lebih jelaskanya bisa tanya ke Kantor Kesehatan Pelabuhan di bawah Kemenkes. Kalau untuk alat thermal scanner, sudah terpasang. Mungkin beliau (Agus Pambagio) miss saja," kata Yado saat dihubungi, Senin (17/2/2020).
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, Anas Ma'ruf menjelaskan bahwa thermal scanner merupakan alat standar yang pasti ada di pelabuhan maupun bandara. Bahkan, dalam situasi seperti wabah corona ini, fungsi alat ini semakin ditingkatkan.
Dia lantas menjelaskan soal standar proses screening untuk mencegah penumpang dengan penyakit menular. "Jadi begini untuk screening di pintu negara itu satu, pengamatan suhu. Kedua pengamatan tanda dan gejala, ketiga adalah penyisihan lewat surat kewaspadaan. Ketiga-ketiganya penting," kata Anas saat dihubungi detikcom, Senin (17/2/2020).
Dia memastikan, alat thermal scanner akan berbunyi jika ada gejala demam. "Kalau demam itu akan bunyi, terus nanti diperiksa," imbuhnya.
Dia juga berharap masyarakat mengisi formulir surat kewaspadaan itu secara lengkap. Soalnya, surat inilah yang akan jadi rujukan dokter apabila nanti ada gejala yang tampak.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini