Momen Jokowi 3 Tahun Silam 'Kirim Sinyal' ke China soal Natuna di KRI

Momen Jokowi 3 Tahun Silam 'Kirim Sinyal' ke China soal Natuna di KRI

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 04 Jan 2020 13:03 WIB
Presiden Jokowi saat menggelar rapat di KRI Imam Bonjol (dok. detikcom)
Jakarta - Situasi keamanan di perairan Natuna, Kepulauan Riau tengah menghangat setelah kapal coast guard China menerobos wilayah Indonesia itu untuk mengawal kapal ikan asing. Sebelumnya, situasi keamanan di Natuna juga sempat menghangat beberapa tahun lalu.

Pada medio Juni 2016 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengirim sinyal kepada pemerintah China dengan menggelar rapat di atas kapal perang di perairan Natuna. Rapat ini digelar pascainsiden TNI AL menembak kapal nelayan China karena kasus pencurian ikan. Saat itu pemerintah China protes kepada pemerintah RI.

Jokowi membawa Panglima TNI dan sejumlah menteri dalam rapat tersebut. Luhut B Pandjaitan yang saat itu menjabat sebagai Menko Polhukam mengatakan pemerintah Indonesia ingin memberi sinyal kepada pemerintah China soal kedaulatan negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kita memberikan sinyal, Presiden juga kebetulan belum pernah kemari," ucap Luhut usai rapat di atas KRI Imam Bonjol yang berlayar di perairan Natuna, Kamis (23/6/2016) lalu.

KRI Imam Bonjol-383 merupakan kapal perang RIKRI Imam Bonjol-383 merupakan kapal perang RI (dok. detikcom)

Rapat itu digelar satu jam di atas KRI Imam Bonjol 383 yang melaut di perairan Natuna. Selain Luhut, hadir pula Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menlu Retno Marsudi, Menteri KKP Susi Pudjiastuti, Seskab Pramono Anung. Selain itu, ada pula Menteri ESDM Sudirman Said, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi, Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Arie Soedewo, serta Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun.

Luhut mengatakan, Presiden ingin kawasan Natuna dikembangkan dari sisi ekonomi termasuk eksplorasi minyak dan gas (migas). Bukan cuma itu, pemerintah tengah mengkaji posisi Natuna untuk memperkuat sektor pertahanan RI.

Simak Video "Perang Opini Indonesia Vs China soal Laut Natuna"





Diketahui, kepergian Jokowi ke Natuna tak lama setelah insiden penangkapan kapal ikan China oleh KRI Imam Bonjol di Natuna pada Jumat (17/6/2016) lalu. Penangkapan ini berbuah protes dari pemerintah China yang menyebut nelayan itu mencari ikan di wilayah pemancingan tradisional China.

Selang empat bulan kemudian, Jokowi kembali ke Natuna. Dia datang untuk meninjau Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha 2016. Dalam kesempatan itu, Jokowi mencoba pesawat Sukhoi SU-30.

Presiden Jokowi hadir didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo Kamis (6/10/2016). Begitu tiba, Jokowi didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, berjalan kaki menuju lokasi parkir pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 di Apron Bandar Udara Ranai. Jokowi lalu menaiki pesawat tersebut untuk memeriksa kecanggihan kokpit Sukhoi SU-30 dan menyempatkan diri untuk duduk di dalamnya dengan mengenakan helm tempur pesawat Sukhoi.


 Jokowi saat meninjau Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha 2016 di Natuna (Adil Pradipta/detikcom) Jokowi saat meninjau Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha 2016 di Natuna (Adil Pradipta/detikcom)

Dalam latihan tempur kali ini, TNI AU menurunkan hampir seluruhpesawat tempur andalan mereka. Di antaranya Sukhoi Su-27/30 (Skuadron Udara 11), F-16 (Skuadron Udara 3 dan 16), Hawk (Skuadron Udara 1 dan 12), T-50i Golden Eagle (Skuadron Udara 15) dan EMB-314 Super Tucano (Skuadron Udara 21).

Dalam latihan itu ditampilkan demonstrasi pertempuran saling kejar pesawat tempur antara Sukhoi Su-27/30 dan dua F-16. Selain itu, pesawat Hawk, T50i Golden Eagle, serta Super Tucano juga melakukan unjuk kekuatan di hadapan Presiden melakukan pengeboman sasaran di Laut Natuna.

Tampak pula penerjunan Operasi Perebutan dan Pengendalian Pangkalan Udara (OP3U) yang menggunakan enam pesawat Hercules C-130 dengan menerjunkan 320 penerjun dan dua pesawat CN-295 yang menerjunkan 88 penerjun secara 'free fall'.


Latihan ini digelar selama enam bulan. Pada Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha 2016, Jokowi kembali ke Natuna. Dia memuji penampilan para prajurit TNI. Menurutnya, TNI akan benar-benar siap jika negara membutuhkannya. Dia mengatakan latihan ini menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bagaimana kesiapan TNI dalam menjaga kedaulatan wilayah NKRI.

"Betapa kesiapan baik di darat, baik di laut, baik di udara. Betul-betul dalam keadaan siap apabila diperlukan oleh negara," ujar Jokowi di titik tinjau latihan, Kepulauan Riau, Jumat (19/5/2017).

Momen Jokowi 3 Tahun Silam 'Kirim Sinyal' ke China soal Natuna di KRIFoto: Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha 2016 di Natuna (Adil Pradipta/detikcom)

"Latihan pasukan pemukul reaksi cepat ini sangat penting sekali dalam rangka mempertahankan NKRI. Ingin kita tunjukan betapa solidnya TNI," imbuhnya.

Selama 45 menit sekitar Tanjung Datuk terdengar dentuman dari kendaraan tempur TNI. Latihan ini memiliki tema "PPRC TNI Menghancurkan Kekuatan Musuh di Natuna Guna Mengembalikan Keutuhan Wilayah Nasional Dalam Rangka Mendukung Tupok TNI".
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads