Dalam buku 'Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia' karya Haidar Putra Daulay, konsep majelis taklim ini mulai dikenal di Indonesia ketika penyebaran agama Islam begitu gencar dilakukan dengan metode dakwah. Salah satunya dikenal karena peran para ulama Wali Songo. Modelnya adalah seorang ustaz berada di hadapan jemaah dan ada proses tanya-jawab.
Majelis taklim pun terus berkembang. Dari daerah perdesaan hingga perkotaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PolMark Indonesia pernah merilis survei bertajuk 'Dari Pilkada 2015-2018 dan Peta Baru Pilpres 2019' pada 18 November 2018. Dalam survei itu, PolMark menemukan fenomena menarik terkait pengaruh majelis taklim terhadap suara pemilih di Pemilu 2019.
Survei nasional itu menunjukkan bahwa majelis taklim atau institusi pengajian merupakan aspirasi grassroot atau suara akar rumput yang sangat penting. Dari lima survei nasional, jangkauan majelis taklim terhadap pemilih mencapai 34,5 persen.
"Lalu NU 29,2 persen, lalu kemudian Muhammadiyah 6,6 persen. Untuk survei provinsi ada 43 survei dan ketika dirata-rata majelis taklim kembali menjadi jaringan sosial penting 31,8 persen, lalu kemudian NU 23,4, dan Muhammadiyah 6,2 persen," kata CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh dalam diskusi publik dengan tema 'Dari Pilkada 2015-2018 dan Peta Baru Pilpres 2019' di Hotel Veranda-Pakubuwono, Jl Kyai Maja No 63, Jakarta Selatan, Kamis (18/10/2018).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini