Jakarta -
Gempa bermagnitudo 7,1 mengguncang Maluku Utara (Malut) kemarin. Kajian awal Kepala Seksi Program dan Jasa Teknologi Balai Teknologi Infrastruktur dan Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (
BPPT) Widjo Kongko, gempa tersebut memiliki energi yang ekuivalen dengan 30-40 kali bom Hiroshima.
"Dengan energi ekuivalen 30-40 kali Hiroshima Nucleare Bom. Dan ada dislokasi 0,8-1 meter, selain berpotensi Smong (gelombang laut setelah gempa) kecil atau minor," katanya menjelaskan potensi gempa, dikutip dari Antara, Jumat (15/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Widjo Kongko mengatakan area patahan gempa Maluku berkekuatan M 7,1 yang terjadi pada Kamis (14/11), pukul 23.17 WIB itu, mencapai 45x20 kilometer persegi (km2). Kemudian deformasi vertikal dari patahan gempanya kecil, sehingga membuat guncangan menjadi kecil.
Selain itu, Widjo Kongko mengatakan pusat gempa tersebut relatif dalam, tepatnya di kedalaman 73 kilometer (km). Hal ini, kata dia, yang membedakan dampak gempa M 5,3 yang terjadi di Buleleng, Bali, yang merusak banyak fasilitas dan bangunan.
Tonton video BMKG: Gempa Maluku Utara Disebabkan Patahan Badan Lempeng Laut:
Dia menjelaskan, belajar dari alam, karakter Lindu-Smong di zona ini perlu didukung dengan instruksi/nearfield event, EWS/sirine dan evakuasi secara mandiri. Episentrum gempa Maluku Utara, kata Widjo Kongko, juga jauh dari rumah-rumah penduduk karena berada di tengah laut.
Sementara, terkait mitigasi bencana gempa Maluku, Widjo Kongko mengatakan kapasitas otoritas dan publik perlu secara radikal ditingkatkan. Dia mengungkapkan, kearifan lokal seperti rumah bakancing atau rumah tahan gempa lainnya perlu dibudayakan lagi.
Seperti diketahui, gempa bermagnitudo (M) 7,1 mengguncang Maluku Utara. Gempa ini sebelumnya berpotensi menimbulkan tsunami.
"Ya, laporan terasa di Halmahera Barat. Ada potensi tsunami," kata Kasi Logistik BPBD Halmahera Barat Fardiyanto, Kamis (14/11).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini