Pendapat berbeda soal bahaya gas air mata kedaluwarsa diutarakan pakar kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono. Menurut Agus senyawa kimia yang terkandung dalam gas air mata jenis CS yakni 2-chlorobenzalmalononitrile justru akan menurun efeknya jika masa pakainya telah habis.
"Kinerja dari bahan kimia tersebut menurun," ujar Agus yang juga Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.
Agus yang doktor kimia lulusan Universitas Waseda, Jepang juga menuturkan fosgen seperti yang dikhawatirkan terdapat dalam gas air mata kedaluwarsa kemungkinan besar tak bisa dihasilkan. "Sangat sulit reaksi gas CS itu berubah jadi gas fosgen," ujarnya. "Sementara sianida bisa saja terbentuk. Tapi secara kimiawi akan sulit melepas sianidanya. Kalau pun sianida itu keluar akan sangat kecil sekali. Paparannya tidak terlalu berbahaya."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Adik Sudarsono, mantan Direktur Utama PT Pindad yang memproduksi gas air mata menyebut tak ada senyawa berbahaya dalam munisi buatan Pindad tersebut. "Kalau bahaya saya mati dong ketika buat," ujar Adik yang mengaku pernah terlibat sendiri dalam pembuatan Munisi. Menurut Adik ada tiga tipe gas air mata yang dibuat Pindad MU24-AR, MU53-AR, dan MU53-AR A1.
Apalagi tambah Adik, saat pembelian bahan bakunya dari produsennya di luar negeri, tidak ada peringatan senyawa tersebut mematikan. "Pabrikannya saja tidak me-warning saya seperti itu," ujar pria yang sekarang bertugas di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu. "Jadi yang dimaksud expired itu kita memberi garansi bahwa produk itu masih berfungsi bukan kalau expired itu jadi berbahaya enggak."
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini