Dia mengatakan pengabdiannya dimulai saat menjadi pegawai tak tetap (PTT) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2015. Perempuan yang memanggil dirinya Ami ini mengatakan saat awal dia mengabdi masih bisa berjalan.
"Ini berawal dari pengabdian ya Bapak, dari PTT Kemenkes, program Kementerian Kesehatan 2015, di mana kondisi Ami waktu itu mengabdi di Solok Selatan dengan kondisi sehat walafiat bisa berjalan. Kondisi ini Ami dapatkan waktu 2016 bulan Juli dengan status masih yang sama, yaitu PTT Kemenkes," kata drg Romi saat datang ke Kemendagri, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (31/7/2019).
drg Romi mengungkapkan, dia sempat hendak mengundurkan diri (resign). Namun hal itu dibatalkan dan hingga hari ini drg Romi mengaku terus bisa bekerja. Diketahui, drg Romi mengalami kelumpuhan setelah melahirkan anak keduanya.
"Pada 2017 rencana mau resign. Tetapi, karena kekurangan dokter gigi di Solok Selatan, Ami diusulkan oleh Dinas Kesehatan dengan status tenaga harian lepas dan sampai sekarang pun masih status tenaga harian lepas. Masih bekerja sampai sekarang, walaupun Ami duduk di kursi roda ini bukan hambatan Ami tapi membantu Ami untuk memberikan layanan," ujar dia.
![]() |
Dia berharap hak-haknya sebagai CPNS Pemkab Solok Selatan bisa dipulihkan. drg Romi berharap penyandang disabilitas tak dipersulit akses untuk mendapatkan pekerjaan.
Baca juga: Gubernur hingga Menteri Bela drg Romi |
"Harapan pertama ya pemulihan hak-hak Ami kembali sebagai CPNS di Pemkab Solok Selatan dan kepada teman-teman, terutama penyandang disabilitas untuk tidak mengotak-ngotakkan, tidak memberikan kekhususan, artinya membeda-bedakan formasi umum dan formasi khusus dibuka untuk memudahkan akses penyandang disabilitas mendapatkan pekerjaan," kata drg Romi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
drg Romi dicoret sebagai CPNS meski telah lulus semua tes sebagai peraih peringkat pertama. Diduga ada aroma persaingan di balik terpentalnya drg Romi. (jbr/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini