Jauh sebelum Walt Disney merilis film Operation Dumbo Drop pada 1995, tentang pengiriman seekor gajah melewati daerah musuh oleh militer AS saat perang Vietnam, di Indonesia telah berlangsung Operasi Ganesha. Ini operasi heroik untuk menyelamatkan 242 gajah dari ancaman peluru puluhan tentara. Lokasinya di perkampungan transmigran Air Sugihan, Sumatera Selatan pada 1982.
Alkisah, Menteri Pengawasan Pembangunan dan Linkungan Hidup Prof Emil Salim mendapat laporan bahwa tentara akan berburu ratusan gajah yang kerap menyatroni pemukiman warga transmigran. Ia terkejut bukan main. Jika sampai hal itu terjadi para aktivis lingkungan dan pecinta satwa pasti akan mendamprat Indonesai. Dia harus mencegah hal tersebut tidak sampai terjadi. Tapi bagaimana?
Setelah berpikir lama, akhirnya Emil memberanikan diri menghadap Presiden Soeharto melaporkan persoalan yang dihadapi dan solusi yang perlu ditempuh. Singkat cerita, Soeharto langsung mengontak Pangdam Sriwijaya Brigjen Try Sutrisno, yang dikemudian hari menjadi wakil presiden. Kepada Try ditugaskan agar mengembalikan ratusan gajah yang mengamuk itu ke habitatnya.
![]() |
Berikutnya giliran Try yang dibuat pusing. Sebagai tentara dia lebih banyak dilatih untuk bertempur, bukan berhubungan dengan gajah. Berhari-hari dia memikirkan bagaimana menjalankan operasi tersebut, dan siapa figur tepat yang harus memimpinnya di lapangan. Atasannya langsung, KSAD Jenderal Poniman malah sempat menyalahkan karena menerima tugas tersebut.
"Kamu tahu apa soal gajah, kok berani menerima tugas itu? Kalau gagal yang malu siapa? Angkatan Darat," ujar Poniman seperti ditirukan Try dalam buku IGK Manila Panglima Gajah, Manajer Juara karya Hardy R Hermawan dan Edy Budiyarso.
Beban moral kian terasa berat di pundak Try. Dia bertekad, penugasan operasi ini harus berhasil. Tapi siapa perwira yang dapat memimpin operasi di lapangan? Dari sekian orang yang mengikuti seleksi dari berbagai kesatuan, ternyata nilai tertinggi diraih Letkol CPM I Gusti Kompyang (IGK) Manila.
Sebelum bertugas di lingkungan Kodam Sriwijaya, Manila pernah mengikuti Operasi Dwikora di Kalimantan pada 1965. Lalu Operasi Seroja 1975, dan misi perdamaian di Gurun Sinai, Mesir.
Alasan lain, "Ya, mungkin karena saya diketahui suka berburu di hutan," kata Manila saat ditemui detik.com di kantornya, Akademi Bela Negara, beberapa waktu lalu. Salah satu bukti dirinya suka berburu, di leher lelaki kelahiran 8 Juli 1942 itu melingkar kalung rantai emas dengan bandul taring macan.
Di rumah dinasnya saat bertugas di Sumatera Selatan, dia menyimpan offset harimau yang diawetkan. Tapi bila akan ada tamu offset itu biasa disingkirkan ke kamar. Toh begitu, dia pernah kena damprat Try Sutrisno saat mendadak mengantarnya pulang. Manila tak sempat lagi memberi kode kepada orang rumah untuk menyingkirkan offset tersebut.
"Wah, kamu bisa saya laporkan ke Pak Menteri Emil Salim." Manila pun cuma bisa membalas, "Siap, salah Jenderal!".
***
Operasi Ganesha merupakan operasi terbesar dan pertama di dunia untuk upaya penyelamatan gajah sehingga banyak mendapat perhatian dari para ahli dunia. Sebelum operasi digelar, pemerintah mendatangkan sejumlah ahli gajah seperti Ian Douglas Hamilton dari Kenya dan Graham Child dari Zimbabwe. Selain itu juga sempat dibahas di Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, Oktober 1982.
Sebanyak 400 prajurit, 150 diantaranya personel Batalyon Zeni Tempur Kodam Sriwijaya dan 2.000 kepala keluarga transmigran ikut dikerahkan dalam operasi. Mereka berada dalam komando IGK Manila. Penggiringan baru dilakukan setelah beberapa pekan disiapkan jalur khusus yang ramah terhadap gajah. Salah satunya membuat pagar hidup berupa pohon-pohon yang sengaja ditumbangkan, dan melandaikan jalur yang akan dilewati untuk memudahkan rombongan gajah melintas. Koridor yang baru dilewati lalu segera ditutup dengan pagar agar mereka tak kembali.
"Dari saran para ahli, penggiringan dilakukan pada malam hari karena pada siang hari gajah-gajah biasanya tidur dan selalu bereaksi spontan bila terusik," ujar Manila.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Secara pribadi, Manila bernazar pada dirinya sendiri untuk menggunduli kepalanya hingga plontos selama operasi berlangsung. Sebaliknya kumis dan brewoknya dibiarkan tumbuh lebat.
Total operasi penggiringan gajah ke Lebok Hitam di Kabupaten Musi Banyu asin itu berakhir pada 22 Desember 1982. Dua hari kemudian Try Sutrisno dilantik menjadi Pangdam Jaya dengan pangkat Mayor Jenderal. Sementara Manila dipromosikan ke Bandung beberapa waktu kemudian.
Selama operasi, ada aksi lucu dan nekad yang dilakukan Manila. Ketika salah satu koloni gajah tak mau berpindah, dia mendekati seekor gajah yang diperkirakan sebagai pemimpinnya. Sambil membuka celana, dia berujar bahwa dirinya juga punya belalai seperti gajah-gajah itu. Karena itu dia berharap semua perintahnya ditaati oleh mereka. Ajaib, setelah Manilai memperlihatkan 'belalai' miliknya, gajah-gajah itu pun satu persatu mulai bergerak.
Pada 15 Januari 1983, ratusan tentara yang terlibat dalam Operasi Ganesha bertemu Presiden Soeharto di Bina Graha. Mereka terbahak-bahak ketika Presiden tiba-tiba mengkonfirmasi aksi IGK Manila yang membuka celana untuk mengajak jalan gajah-gajah yang mogok.
Saat kembali disinggung kisah tersebut, Manila cuma tersenyum. Sebagai lelaki kelahiran 1942, dia menyebut dirinya berada dalam naungan Shio Kuda Air. "Kuda itu pekerja keras, dan barangnya juga gede," ujar purnawirawan bintang dua kelahiran Singaraja, Bali itu diiringi tawa.
(jat/jat)