Mahathir Mohamad, Antara Sukarno, Soeharto, dan Jokowi

Mahathir Mohamad, Antara Sukarno, Soeharto, dan Jokowi

Sudrajat - detikNews
Rabu, 09 Mei 2018 11:10 WIB
Foto: Ilustrator Andhika Akbarayansyah
Jakarta - Usai dilantik menjadi Perdana Menteri Malaysia menggantikan Datuk Hussein On pada 1981, Datuk Mahathir Mohamad langsung menemui Presiden Soeharto di Jakarta. Dia disambut di Bandara Halim dengan upacara kehormatan, lalu satu mobil menuju Wisma Negara tempatnya beristirahat.

Soeharto mengantar Mahathir sampai ke kamar dan mengatakan bila ada kekurangan bisa disampaikan kepada orang yang disiapkan untuk melayani. Semua itu rupanya menorehkan kenangan yang mendalam bagi Mahathir. "Saya melihat beliau betul-betul menghormati walaupun tamunya tidak memiliki jabatan yang setara. Pak Harto adalah presiden, dan saya hanya perdana menteri," kata Mahathir mengenang hubungannya dengan penguasa Orde Baru itu dalam buku Pak Harto The Untold Stories.



Dalam banyak hal dia mengaku mengagumi dan menaruh hormat terhadap gaya kepemimpinan Soeharto. Di sisi lain, dia pun sadar bahwa Malaysia tidak sebesar dan sekompleks masalah yang dihadapi dibandingkan dengan Indonesia.

Ketika banyak pihak mengkritik Soeharto kurang demokratis, Mahathir menyatakan, demokrasi memang diperlukan tapi demokrasi seperti di Barat tidak cocok diterapkan sepenuhnya. "Pak Harto amat memahami kebutuhan demokrasi di Indonesia," ujarnya.

Seperti Soeharto, di dalam negerinya Mahathir sempat dikritik bergaya otoriter. Dengan caranya, Mahathir juga ikut menyiapkan figur-figur muda dan cakap yang akan menggantikannya memimpin pemerintahan, seperti dilakukan Soeharto. Bila Soeharto menyiapkan Try Sutrisno dan BJ Habibie yang kemudian menjadi wakil presiden, Mahathir punya Anwar Ibrahim dan Najib Razak.

Jenderal Try cuma menjadi wapres, sedangkan Habibie sampai di puncak dengan menjadi presiden, meski tak penuh lima tahun. Sebaliknya di Malaysia, Anwar sempat menjadi deputi perdana menteri hingga kemudian 'dipenjarakan' Mahathir pada 1998. Sementara Najib karir politiknya tergolong mulus dan berhasil menjadi perdana menteri sejak 2009. Hari ini dia kembali mencalonkan diri melawan maha gurunya, Mahathir.



***

Berbeda dengan Soeharto yang njawani, low profile, Mahathir yang kerap disapa "Dr M" lebih lugas dalam berkata-kata. Apalagi bila menyangkut hubungan dengan dunia Barat. Dia tercatat sebagai pemimpin Asia yang berani menantang Barat. Inggris, Amerika, dan Australia pernah dilabraknya. Karena keberanian dan kevokalannya itu Dr M dijuluki oleh pers Australia sebagai "Little Soekarno" atau Soekarno Kecil.

Kalangan pers Inggris pernah mempermalukan Dr M dalam kasus Bendungan Pagau. Tetapi dengan lugas dia membalikkan keadaan sehingga Inggris harus minta maaf kepada Malaysia. "Pada 27 Februari 1994 permintaan maaf ini dimuat satu halaman penuh di seluruh koran di Inggris," kata Chaidir, MM, penulis buku Berhutang pada Rakyat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus digantungnya Kazim Barlow dan Brian Chambers, warga negara Australia pengedar narkoba juga menyebabkan Barat beramai-ramai memojokkan Malaysia. Demikian juga ketika Dr. M mengusir dua wartawan Asian Wall Street Journal. Kampanye media itu di Amerika agar investor Amerika tidak masuk ke Malaysia, akhirnya menjadi senjata makan tuan, ketika akhirnya Amerika menyadari bahwa mereka ketinggalan dari Jepang dalam investasi di Malaysia.

Ketika berlangsung Konferensi Negara-Negara Nonblok di Jakarta pada 1992, sejumlah wartawan menanyakan kepada Dr M terhadap julukan Soekarno Kecil tersebut. Jawaban Dr M ringan saja, "Di negeri saya sendiri pun, saya hanya disifatkan sebagai Mahathir Kecil". Jawaban yang bijak itu mendapat simpati dan tepuk tangan dari kalangan wartawan.



Saat menerima penghargaan Bintang Sukarno dari Yayasan Pendidikan Sukarno27 September 2015, Mahathir menyebut Sukarno sebagai seorang dengan rasa cinta yang luar biasa kepada rakyat dan negaranya. "Menyadarkan ratusan juta rakyat dari suku dan wilayah yang berbeda-beda bahwa mereka adalah satu bangsa Indonesia adalah sebuah prestasi agung," ujarnya.

Bagaimana penilaiannya terhadap Presiden Jokowi?
Dalam wawancara eksklusif dengan CNNIndonesia, 6 September 2017, Mahathir sempat menyampaikan pujian terhadap pesatnya pembangunan di bawah pemerintahan Jokowi. Menurut dia, untuk pertama kalinya, keuangan Indonesia lebih maju dari Malaysia. "Presiden Joko Widodo luar biasa."

Hari ini, di usia 92 tahun, dia kembali turun gunung ke dunia politik. Mahathir menantang mantan anak didiknya, Najib Razak, untuk memimpin Malaysia. (jat/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads