Pengumpulan dana ini sudah mencapai 42 persen dari target pengumpulan donasi sebanyak Rp 200 juta. Sudah ada 352 orang yang mengirimkan donasinya pada Jumat (20/4/2018).
detikcom mengajak para pembaca untuk ikut memberikan donasi untuk pembangunan jembatan yang mangkrak sejak 2015 lalu ini. Nantinya, jika tersisa uang donasi akan dipakai untuk perbaikan jalan yang ada di Dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak warga yang berharap terciptanya jembatan ini. Sebab, selama ini warga, termasuk para siswa harus menyeberangi sungai yang cukup lebar dan berarus deras.
![]() |
Warga terlanjur kecewa kepada pemerintah karena mereka hanya bisa menantikan jembatan tersebut dibangun. Donasi dari para pembaca akan mewujudkan impian warga untuk masa depan yang lebih baik.
"Kami sangat berterima kasih ke masyarakat yang telah peduli dengan nasib kami. Andai tidak ada, mungkin jembatan ini tidak akan dilanjutkan," kata seorang warga, Arifin, kepada detikcom, Kamis (19/4/2018) kemarin.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Maros, Patarai Amir, mengatakan secara pribadi sangat menghargai niat tulus donatur. Namun menurutnya penggalangan donasi itu secara tidak langsung 'menampar' pemerintah kabupaten.
Saat ini, pemerintah desa tengah mempersiapkan anggaran untuk membeli tali sling. Dalam tempo dua bulan ke depan, jembatan itu dijanjikan rampung.
Dibutuhkan tali jembatan sepanjang 260 meter, yang akan dibagi dalam dua sisi jembatan. Hanya saja tak ada yang menjual tali jembatan itu di Sulawesi Selatan sehingga perlu memesannya ke Jawa Timur.
Sedangkan Kajari Maros, Muh Noor Ingratubun, menegaskan pembangunan jembatan itu seharusnya tidak diswakelola oleh desa. Karena medannya yang sulit dan harus dikerjakan oleh ahli. Takutnya, jembatan itu akan bermasalah di kemudian hari.
![]() |
detikcom mendatangi lokasi pada Minggu (15/4) lalu. Saat itu disaksikan perjuangan siswa yang pulang sekolah dan harus menyeberangi sungai.
Para siswa menggunakan ban yang ditarik siswa lainnya untuk menyeberangi sungai. Hanya siswa SD dan siswi yang diperbolehkan menaiki ban. Kondisi ini sungguh membahayakan para siswa.
Pernah seorang ibu bersama dua anaknya terbawa arus ketika menyeberangi sungai. Ketiganya kemudian hari ditemukan tewas.
Begitu pula warga harus memanggul gabah yang beratnya mencapai puluhan kilogram. Daeng Beta (68) harus melakukan hal ini saat masa panen tiba.
"Satu karung gabah yang kami panggul ini beratnya 50 kg. Bukan cuma gabah, kadang jagung kami juga panggul melewati sungai ini. Kita begini karena tidak ada jalan lain kecuali sungai ini," kata Daeng Beta, Kamis (19/4/2018).
Demi keselamatan dan kelancaran aktivitas warga Dusun Damma, donasi pembaca detikcom tentu sangat membantu. Ayo gabung untuk membangun jembatan masa depan bagi mereka.
(jbr/fiq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini