Pakar Lalu Lintas Universitas Brawijaya (UB) Lutfhi Jakfar mempertanyakan hasil riset yang dirilis Inrix. Jika Malang sebagai kota termacet keempat di Indonesia. Padahal, selama masa pandemi arus lalu lintas di Kota Malang terbilang turun drastis dibandingkan sebelum pandemi.
"Jujur saya mempertanyakan riset itu. Karena selama pandemi Kota Malang adem ayem untuk lalu lintasnya," ujar Lutfhi berbincang dengan detikcom, Jumat (14/1/2022).
Meski demikian, Lutfhi memprediksi memasuki masa new normal. Lonjakan volume kendaraan akan terjadi di Kota Malang setelah ada kelonggaran mobilitas masyarakat.
Sementara dengan status Kota Malang sebagai kota pendidikan dan kota tujuan wisata, banyak masyarakat yang berdatangan. Tentu berdampak ada peningkatan volume kendaraan.
Dengan begitu, perlu adanya sinkronisasi manajemen lalu lintas dengan peningkatan infrastruktur jalan di Kota Malang.
"Bisa disebut paling gampang, Kota Malang seperti Bandung. Kota pendidikan dan tujuan wisata, maka akan banyak orang berdatangan. Sehingga kapanpun saja, persoalan lalu lintas akan terjadi," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Luthfi, rencana penanganan transportasi di Kota Malang telah beberapa kajian. Pertama mengatur fungsi jalan, yang dititikberatkan kepada angkutan berat.
Sejauh ini, Lutfhi melihat bahwa Kota Malang tidak memiliki jalur lingkar yang difungsikan bagi angkutan berat. Sehingga kendaraan-kendaraan besar tersebut melintas di dalam kota.
"Itu yang menjadikan salah satu faktor kemacetan. Jika 20 tahun lalu. Jalan Gatot Subroto sebagai jalur lingkar timur, sekarang karena perkembangan kota, jalan dilintasi angkutan berat itu, melintas di dalam kota," sebut Dosen Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ini.
Menurut Lutfhi, bersama Pemerintah Provinsi, Kota Malang sudah harus memikirkan adanya jalur lingkar timur. Syukur-syukur wacana tersebut segera terealisasi.
(fat/fat)