Ini yang Harus Dilakukan Agar Long COVID-19 Tak Berkepanjangan

Ini yang Harus Dilakukan Agar Long COVID-19 Tak Berkepanjangan

Esti Widiyana - detikNews
Jumat, 27 Agu 2021 15:30 WIB
Business achievement concept with happy businesswoman relaxing in office or hotel room, resting and raising fists with ambition looking forward to city building urban scene through glass window
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong
Surabaya -

Selama pandemi COVID-19, banyak penyintas yang mengalami long COVID-19. Lalu, apa yang harus dilakukan agar long COVID-19 tidak berkepanjangan?

Anggota Satgas COVID-19 RS Unair dr Wiwin Is Effendi SpP mengatakan, secara khusus terapi obat tidak ada. Namun tergantung dari hasil pemeriksaan dokter. Sebab, hingga saat ini belum ada terapi khusus. Namun yang perlu dilakukan adalah mengubah pola hidup.

"Misal sesak dan diperlukan obat sesak untuk diminum atau dihisap kalau perlu ya diberikan. Kalau secara umum long COVID-19 penanganannya ya memperbaiki pola hidupnya," kata Wiwin saat dihubungi detikcom, Jumat (27/8/2021).

Ia menjelaskan, saat orang terpapar COVID-19 kebanyakan tidak banyak bergerak. Ada yang bisa dilakukan untuk mencegah long COVID-19 atau agar tidak berkepanjangan.

Seperti latihan napas melalui mulut dan dikeluarkan pelan-pelan. Kemudian napas dari hidung dikeluarkan pelan-pelan dari mulut.

"Atau melakukan aktivitas fisik yang ringan dulu, seperti jalan-jalan dan lain-lain. Berjemur juga bisa untuk menambah vitamin D dalam tubuh," ujarnya.

Simak juga video 'Plasma Konvalesen Bantu Penyintas Terhindar dari Long Covid-19?':

[Gambas:Video 20detik]



Menurut Wiwin, long COVID-19 juga ada yang terpengaruh dari komorbid pasien. Hal yang paling memberatkan adalah kibrosis, atau paru-parunya lebih kaku.

"Entah bagaimana prosesnya kibrosis. Karena di beberapa pasien ditemukan itu. Karena saat COVID-19 parunya kan rusak, nah itu diganti. Diganti dengan jaringan parut seperti luka di kulit. Jadi ada beberapa bagian paru yang rusak, jadi parunya jadi kaku. Sehingga pola napasnya nggak bisa normal," jelasnya.

Ia menegaskan, long COVID-19 tidak hanya terjadi usai terpapar Corona varian Delta, melainkan semua varian. Sebab, kasus long COVID-19 ini dirasakan sejak awal pandemi.

"Saya belum menemukan perbedaan terkait long COVID-19 dari masing-masing varian. Tapi sepemahaman saya, varian Delta concern-nya itu pada daya tular, bukan keparahannya. Artinya orang sakit cuma 10 orang tapi berat semua, beda ada orang sakit menularkan ke 30 orang tapi ringan semua. Jadi Delta ini lebih ke daya tularnya bukan keparahannya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.