Menurut Anggota Satgas COVID-19 RS Unair dr Wiwin Is Effendi SpP, long COVID-19 merupakan gejala yang tersisa setelah dinyatakan sembuh dari Corona. Di mana muncul berbagai gejala mulai dari ujung kaki sampai kepala.
"Jadi dari mulai kelelahan, sesak, ada jurnal juga yang mengatakan sampai rambut rontok, meskipun itu jarang ya. Yang paling sering ya batuk atau lemah dan sesak, dan batuk itu dominan," kata Wiwin saat dihubungi detikcom, Jumat (27/8/2021).
"Saya bahkan ada teman. Semacam orang depresi atau ngomongnya belibet, brain fog. Itu gejala yang muncul dari sistem saraf. Gejala yang sering muncul ya itu," tambahnya.
Efek long COVID-19 ini tak hanya dirasakan beberapa saat saja. Melainkan bisa hingga lebih dari enam bulan.
"Itu bisa bertahan 3 minggu sampai 6 bulan. Bahkan ada juga yang lebih dari 6 bulan juga bisa. Istilahnya sub akut yang kurang dari 6 bulan, sampai bener-benar lebih dari 6 bulan," ujarnya.
"Kalau OTG ringan, dirawat dari COVID-19 dan sudah menjalani isolasi 14 hari itu dan tidak ada gejala, dia bisa dikatakan sembuh. Tidak perlu evaluasi COVID-19. Setelah dinyatakan sembuh atau selesai isoman itu mulai muncul. Kalau masih ada gejala sisa dari itu, ya itu masuk long COVID-19," jelasnya.
Seperti warga Surabaya Selvi Tri Puspitasari, yang mengalami long COVID-19 hampir sebulan. Ia merasa dirinya 'lemot' atau daya pikir melambat. Saat hendak mengatakan satu kata ia terhenti dan lama untuk menyebutkannya.
"Kayak mau ngomong reservasi itu susah, di kepala itu mikir apa sih namanya. Terus beberapa waktu kemudian baru ingat kata-katanya. Jadi susah mau ngomong satu kata itu. Kalau jalan sebentar aja gitu napas ngos-ngosan, capek, ga kayak biasanya," pungkas Selvi.