"Elektabilitas Puan Maharani yang masih di bawah para capres yang lain, memerlukan kerja keras seluruh konstituen parpol untuk meningkatkan popularitasnya," jelas Pengamat Politik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Andik Matulessy kepada detikcom, Senin (14/6/2021).
Menurut Andik, sosialisasi untuk mendongkrak popularitas memang bisa dengan media apa saja. Namun di era media sosial saat ini, baliho dinilai kurang efektif.
"Salah satu bentuk sosialisasi sebagai capres bisa lewat media apa saja termasuk baliho. Walaupun sebenarnya era sekarang ini lebih efektif menggunakan medsos," terang Andik.
Meski Pilpres 2024 masih jauh, lanjut Andik, pemasangan baliho Mbak Puan bisa dinilai sebagai testing water atau cek ombak. Itu bertujuan untuk menjajaki kemungkinan menjadi salah satu kandidat pencapresan 2024.
"Secara formal setahu saya belum ada penetapan capres 2024. Tapi di Amerika Serikat, ada frasa testing the waters yang dipergunakan untuk menggambarkan seseorang yang sedang menjajaki kemungkinan menjadi kandidat, untuk jabatan politik tertentu yang dalam hal ini adalah capres," urainya.
"Penetapan capres secara rasional harus mendasarkan pada elektabilitas dan juga pasangan parpol untuk memenuhi persyaratan pencalonan capres," imbuh Andik.
Baca juga: Baliho Mbak Puan Bertebaran di Surabaya |
Ditanya apakah pemasangan baliho Mbak Puan sebagai upaya pengadangan kader potensial PDIP? Andik menyebut bisa saja begitu. Namun, hal itu sebaiknya tak dilakukan, karena sebagai parpol populer akan semakin baik jika ada capres alternatif.
"Pengadangan memang sebaiknya tidak dilakukan oleh PDIP sebagai parpol yang dalam 2 dekade ini sangat populer di masyarakat Indonesia. Namun demikian memunculkan tokoh lain dari PDIP sangat penting untuk dilakukan agar banyak pilihan capres alternatif," lanjut Andik.
Sebelumnya diberitakan, baliho Mbak Puan berukuran besar bertebaran di Jawa Timur. Tak terkecuali di Kota Pahlawan. DPD PDIP Jatim menepis telah memasang baliho tersebut.
(sun/bdh)