"Karena banyak faktor, jadi isu-isu yang dilemparkan melalui kebijakan itu, orang dilarang mudik, mungkin ada pembatasan-pembatasan itu cukup berdampak," ungkap Agung.
"Karena begini, orang belanja di PGS ini kan grosir. Karena dampak ekonomi yang sangat memburuk ini, untuk mengubah secara signifikan tidak bisa. Daya beli di daerah-daerah itu masih belum bisa dijadikan ukuran. Karena daya beli di daerah-daerah itu belum bisa meningkat, orang yang belanja di PGS itu minimal dari Indonesia timur dan Jawa Timur. Di Indonesia timur belum bisa, di Jawa Timur pun belum seberapa meningkat," lanjut Agung.
Sedangkan dua minggu sebelum hari raya Idul Fitri, Agung menjelaskan penjualan retailnya. Akan tetapi pada bulan ini ada penyekatan dan dilarang mudik ini, menurutnya orang yang dari luar kota Surabaya masuk ke Surabaya terjadi kekhawatiran.
"Orang dari luar Kota Surabaya, masuk ke Surabaya ada rasa kekhawatiran, rasa takut, rasa khawatir dan sebagainya, mungkin seperti itu," ungkap Agung.
Sementara meski ada jumlah pengunjung yang meningkat, Agung menjelaskan pengelola tetap menjalankan standar protokol kesehatan. Setiap lantai ada petugas yang selalu memonitoring protokol kesehatan. Dan bahkan Satgas COVID-19 dari Pemkot TNI/Polri juga ikut mengecek setiap stand.
"Kita tetap menggunakan standar protokol kesehatan, tetap kita jalankan. Setiap saat kita punya tim keliling petugas patroli. Jangan sampai ada pelanggaran-pelanggaran. Kami menyadari bahwa pengunjung yang ada di PGS itu paling banyak dari luar Kota Surabaya. Jangan sampai nanti pulang dari Surabaya membawa masalah atau sebaliknya kan begitu," ungkap Agung.
(fat/fat)