Namun, Andri masih memiliki harapan kepada Pemprov Jatim mengubah keputusan tersebut. Tetapi keputusan tersebut juga didukung oleh pemerintah daerah.
"Kalau kebijakan provinsi bisa memutuskan masalah itu, ya jalan. Tapi kalau wali kota atau bupati nggak, ya tidak bisa jalan. Wes (sudah) penumpang sepi, tambah sepi, ga oleh mlaku (Tidak boleh beroperasi," keluhnya sambil mengusap wajahnya dengan kain yang ada di pundak.
Senada dengan sopir bus jurusan Surabaya-Ponorogo, Sugito yang kembali merasakan kekecewaan kepada kebijakan pemerintah. Sebab selama satu tahun sepi, kini mulai ada penumpang justru kembali dilarang beroperasi saat lebaran tahun ini.
![]() |
"Baru saja ramai penumpang, mau dilarang lagi. Ya bingung, ya resah, masalahnya waktu ramai-ramainya penumpang malah tidak boleh beroperasi, penghasilan tertunda. Kecewa sih ya kecewa, tapi mau apa lagi, semua sudah tunduk peraturan," kata Gito, sapaan akrabnya.
Di tahun kedua saat pandemi ini Gito harus pulang, karena tidak bisa mengantar penumpang mudik 2021 ke kota tujuan. Dirinya harus putar otak mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan makan.
"Sementara di rumah, mencari kegiatan biar dapat uang. Sebenarnya kita rugi, waktu kita dapat penumpangan banyak, nggak boleh beroperasi. Otomatis kebutuhan di rumah banyak kita nggak bisa kerja, kendalanya itu. Tetap ngerayain lebaran di rumah, di Jombang, tapi ya gitu, nggak ada yang baru," tutupnya.
Soal adanya bantuan baik Gito dan Andri mengaku tidak pernah mendapatkan sama sekali. Baik itu dari pemerintah setempat atau instansi.
(fat/fat)