Ahli Epigrafi Analisis Bata Inskripsi di Situs Istana Paman Hayam Wuruk

Ahli Epigrafi Analisis Bata Inskripsi di Situs Istana Paman Hayam Wuruk

Enggran Eko Budianto - detikNews
Jumat, 19 Mar 2021 22:47 WIB
Ahli Epigrafi menganalisis tiga bata inskripsi yang ditemukan di Situs Kumitir, Mojokerto. Pada salah satu permukaan tiga bata merah itu terdapat ukiran aksara Jawa Kuno.
Ahli Epigrafi dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas) Titi Surti Nastiti menganalisis tiga bata inskripsi/Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Mojokerto - Ahli Epigrafi menganalisis tiga bata inskripsi yang ditemukan di Situs Kumitir, Mojokerto. Pada salah satu permukaan tiga bata merah itu terdapat ukiran aksara Jawa Kuno.

Ketua Tim Ekskavasi Situs Kumitir Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, tiga bata inskripsi ditemukan di sektor C. Yaitu salah satu titik ekskavasi di sebelah barat makam umum Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo.

"Kami temukan di permukaan tanah. Posisi bata tengkurap, di baliknya (salah satu permukaan) ada tulisan," kata pria yang juga menjadi Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim ini kepada wartawan di lokasi, Jumat (19/3/2021).

Ahli Epigrafi dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas) Titi Surti Nastiti menganalisis tiga bata inskripsi tersebut. Menurut dia, tulisan yang diukir pada salah satu permukaan tiga bata merah itu menggunakan aksara Jawa Kuno.

"Ini asli, sezaman dari Majapahit. Tulisannya bagus, ukirannya dalam," terangnya.

Sayangnya, tiga bata inskripsi setebal 7 cm tersebut ditemukan tidak utuh. Sehingga hanya beberapa huruf saja yang bisa dibaca oleh Titi.

Aksara Jawa Kuno terukir tiga baris pada bata pertama. Baris pertama terdapat ukiran huruf Ra, baris kedua Ba dan Ya, baris ketiga Pu Ra Wa.

Pada bata kedua terukir aksara Seng dan Dha. Sedangkan pada bata ketiga hanya huruf Ba dan Ga.

"Ini hanya tulisan huruf yang tidak membentuk kata. Bisa dibaca, tapi tidak mengandung arti apapun," terangnya.

Titi menjelaskan, bata inskripsi tersebut bukan buatan penulis prasasti (citraleka) Kerajaan Majapahit. Karena menurut dia, tulisan citraleka lebih artistik layaknya kaligrafi.

"Kalau citraleka kerajaan tulisannya lebih berseni, membacanya lebih susah. Pada masa itu, tidak semua orang bisa menulis. Bisa sekadar ekspresi dari pembuat batanya, bisa juga tulisan pendetanya," jelasnya.

Bata inskripsi, tambah Titi, juga ditemukan di Candi Muaro Jambi. Ia berpendapat, bata bertulis seperti ini bisa saja dipasang di sebuah istana. Namun, temuan arkeologis ini belum bisa menjadi petunjuk terkait Situs Kumitir.

"Saya tidak bisa menyimpulkan karena ini tidak berbunyi kata, bisa dibaca, tapi tidak mengandung arti," tandasnya.

Sejauh ini, situs Kumitir di Dusun Bendo diekskavasi BPCB Jatim hingga tiga tahap. Yaitu tahun 2019, 2020 dan 2021. Tahun ini, penggalian arkeologis digelar selama satu bulan, 1-30 Maret.

Situs Kumitir diyakini sebagai sisa-sisa istana Paman Hayam Wuruk, Bhre Wengker. Hipotesis itu berdasarkan berbagai temuan arkeologis dan literatur yang diperoleh tim ekskavasi.

Bhre Wengker bergelar Wijayarajasa merupakan raja kecil atau raja negara bagian yang menjadi bawahan Raja Majapahit. Kala itu Majapahit dipimpin Hayam Wuruk tahun 1350-1389 masehi.

Bhre Wengker menikah dengan Bhre Dhaha yang bergelar Rajadewi Maharajasa. Bhre Dhaha dan Tribuana Tunggadewi sama-sama putri Raden Wijaya, raja pertama Majapahit.

Dengan begitu, Bhre Wengker adalah menantu Raden Wijaya sekaligus paman Raja Hayam Wuruk. Karena Hayam Wuruk anak Tribuana Tunggadewi.

Wijayarajasa menjadi Raja Wengker pertama yang istananya diyakini berada di Ponorogo. Wilayah kekuasaan Wengker juga meliputi Trenggalek dan Madiun.

Sisa-sisa bangunan kuno di Situs Kumitir diyakini bukan istana tetap Bhre Wengker. Istana ini hanya menjadi tempat transit Bhre Wengker saat dipanggil menghadap Raja Hayam Wuruk.

Karena di dalam Kitab Negarakertagama dijelaskan tata letak keraton Majapahit atau Wilwatiktapura. Istana Hayam Wuruk dikelilingi istana raja-raja bawahan Majapahit. Terlebih lagi, istana tetap Raja Wengker diyakini berada di Ponorogo.

Hipotesis baru tersebut tidak mematahkan yang lama. Yakni Situs Kumitir menjadi tempat pendarmaan atau tempat menghormati Mahesa Cempaka, salah seorang raja bawahan Singosari.

Bhre Wengker diyakini membangun tempat suci untuk menghormati leluhurnya, Mahesa Cempaka di dalam istananya yang kini menjadi Situs Kumitir.

Mahesa Cempaka meninggal pada 1268 masehi. Semasa hidupnya, dia menjadi Bhre Dhaha, salah satu negara bagian Singosari. Sementara Singosari kala itu dipimpin saudara tirinya, Wisnu Wardhana.

Mahesa Cempaka merupakan keturunan kedua Ken Arok dengan Ken Dedes. Dia adalah kakek Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana keturunan kedua dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes.

Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.